Ketika itu Kandouw dan Sugimin adalah dua prajurit KKO (marinir) dari Surabaya yang tengah melakukan tugas di Ancol, Jakarta Utara. Mereka diminta membantu prajurit RPKAD mengevakuasi jenazah korban G 30 S dari sumur Lubang Buaya.
Menurut Kandouw prajurit KKO dan RPKAD sempat khawatir gagal saat akan melakukan evakuasi. Ini lantaran kondisi di dalam sumur yang selain bau menyengat juga sangat gelap. Serma KKO Suparimin salah satu yang ditugaskan mengangkat jenazah dari dalam sumur nampak sempat gelisah.
Sesaat sebelum evakuasi dimulai, dia beberapa kali memutari bibir sumur. Hal ini membuat prajurit KKO yang lain sempat drop. Suparimin menjadi yang diandalkan untuk mengangkat jenazah dari dalam sumur.
Oleh rekan-rekan seangkatan dia dijuluki 'Badak'. Dia dikenal jago nyelam dan pernah ikut latihan menyelam di Rusia. "Pak Saparimin itu yang kami jagoin lah karena kita juluki Saparimin itu Badak. Jagoan nyelam dan pernah ikut pelatihan di Rusia. Kalau dia gagal, saya pikir gagal semua kita," kata Kandouw saat berbincang dengan detikcom di kediaman Sugiman, di Surabaya, Jawa Timur, Selasa (19/9/2017).
Kandouw dan Sugimin pun menceritakan suasana di Lubang Buaya saat jenazah hendak dievakuasi. Kondisi sumur tua itu sangat gelap. Sumur hanya memiliki diameter kurang lebih 75 sentimeter dengan kedalaman 12 meter. Di dalam sumur tak ada air, namun ada lumpur dan darah para korban.
Baca juga: Detik-detik Evakuasi 7 Jenazah Pahlawan Revolusi dari Lubang Buaya
Pelaku Gerakan 30 September (G 30 S) memasukkan tujuh jenazah itu ke dalam sumur tersebut setelah terlebih dulu membunuhnya pada 1 Oktober 1965 dini hari. Mereka menutup sumur dengan sampah dan tanaman pohon pisang untuk menghilangkan jejak.
Tiga hari pasukan RPKAD menemukan sumur tersebut. Setelah berhasil digali dari dalam sumur mengeluarkan bau tak enak yang menyengat. Aroma busuk menyengat tercium hingga radius 100 meter.
"Ada masyarakat yang pertama kali itu mengangkat jenazah (ke peti) adalah orang-orang tahanan, yang diperintahkan untuk mengambil jenazah. Mereka pakai gas masker kaya anti hura hara itu. Itu nggak kuat. Dari 100 meter sudah bau," kata Kandouw.
Prajurit KKO dan RPKAD saling menguatkan agar proses evakuasi tetap dilakukan, apa pun risikonya. Pukul 12.05 WIB, anggota RPKAD Kopral Anang menjadi yang pertama turun ke dalam sumur. Dia mengenakan masker dan tabung oksigen turun ke dalam sumur.
Dua jam kemudian proses evakuasi selesai. Anggota RPKAD Kopral Anang, Serma KKO Suparimin, Prako KKO Subekti, Kopral KKO Hartono dan Kapten Winanto kelelahan. Bahkan ada yang muntah-muntah karena keracunan bau busuk.
VIDEO 20detik: Kisah RPKAD Dihadang Tim Pengangkat Jenazah Jenderal Korban PKI (erd/jat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini