Setelah konferensi tingkat tinggi PBB dibuka oleh Antonio Guterres di New York, Amerika Serikat (AS), Selasa (19/9/2017), setiap kepala negara dan pemerintahan mulai mengikuti belasan pertemuan yang membahas berbagai masalah seperti air, pembangunan berkelanjutan, nuklir dan berbagai hal laiinya.
Hari ini, JK dijadwalkan mengikuti 8 pertemuan baik itu forum dan bilateral. JK bersama delegasi lainnya seperti Menko Perempuan dan Kebudayan Puan Maharani dan Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi sudah berada di markas PBB sejak pukul 07.00 pagi waktu setempat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal yang membedakan konferensi internasional dengan sidang umum PBB adalah setiap negara dapat memilih tema yang dianggap penting. Menurut JK, hampir semua permasalahan dunia dibahas dalam sidang umum PBB.
"Tapi yang kita hadiri yang ada hubungannya dengan Indonesia saja," ujarnya.
Jam menunjukkan pukul 15.00, dan JK baru saja menghadiri pertemuan dengan Antonio Guterres dan berbagai negara lainnya. Bersama Puan Maharani, JK biasanya akan bertemu dengan jurnalis untuk berbagi informasi soal isu-isu Indonesia yang dibawa ke PBB.
![]() |
Pada pertemuan dengan jurnalis ini, JK memilih untuk duduk di kantin sambil menikmati teh hangat. "Sudah makan kalian?" tanya JK kepada wartawan.
"Sudah Pak di kantin," jawab wartawan.
"Di kantin enak itu, saya suka di situ, (makanan) ditimbang," jawab JK.
JK mengatakan efek positif mengikuti sidang umum PBB adalah sehat. Sekretaris Wapres Mohammad Oemar yang menemani JK sejak pagi mengeluarkan telepon selularnya dan menunjukkan sebuah aplikasi kesehatan yang bertuliskan perkiraan total langkah. Di layar telepon selular itu, muncul angka 6.048 langkah.
"Di sini sehat, kita bisa jalan satu hari bisa lima kilo dan enam kilo, Target minimum 10 ribu langkah. kira-kira lima kilo lah," kata JK sambil tertawa.
![]() |
Selama di kantin, JK sempat menghampiri sebuah toko buku milik PBB. Di sana, JK memilih buku berjudul 'Fixing Failed States: A Framework for Rebuilding a Fractured World' karya Ashraf Ghani yang juga merupakan Presiden Afghanistan.
"Fixing Failed States ditulis Ashraf Ghani. Saya ingin membaca cara berfikirnya dia," ujarnya. (fiq/idh)