Rupa-rupa Serangan untuk Sang Politikus Muda

Pemuda di Panggung Politik

Rupa-rupa Serangan untuk Sang Politikus Muda

Erwin Dariyanto - detikNews
Senin, 18 Sep 2017 13:05 WIB
Foto: Tsamara Amany (Rois Jajeli/detikcom)
Jakarta - Kesibukan Tsamara Amany, 21 tahun, bertambah sedikit padat pada pertengahan pekan lalu. Di tengah kesibukkan kuliah dan aktivitasnya di Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dia mendapatkan 'serangan' di media sosial. Sejumlah foto pernikahannya disebar di jagat maya disertai sebuah screenshot laman online yang mempersoalkan status perkawinannya.

Baca juga: Yang Muda yang Mau Berpolitik

Mahasiswi Universitas Paramadina itu dituding melakukan kebohongan publik karena menulis status belum kawin di lembaran riwayat hidupnya. Tsamy, begitu Tsamara biasa dipanggil-, pun harus meladeni sejumlah juru warta yang ingin mengklarifikasi kabar di Medsos tersebut.

Tsamy mengakui bahwa dia pernah menikah. Namun pernikahan itu sudah berakhir dengan baik-baik sejak enam bulan lalu. Dia merasa disebarnya foto pernikahan tersebut dengan screenshot biodata perkawinan adalah sebuah pembunuhan karekter.

"Biodata itu nggak pernah aku isi. Aku nggak tahu website apa itu. Ini kayak pembunuhan karakter, karena aku lantang bela KPK, seolah-olah aku ini bohong secara publik," kata Tsamy kepada wartawan, Kamis (14/9/2017).

Ini bukan serangan pertama yang diterimanya. Sejak membulatkan diri terjun ke politik sejumlah 'serangan' pernah dia terima melalui media sosial. Tapi yang mengarah soal pribadi ya baru kali itu.

Tsamy mengaku tak kaget apalagi gentar. Dia sudah memperhitungkan sejak awal bahwa ada risiko yang harus siap dihadapi ketika memutuskan terjun ke politik.

"Saya tahu akan ada masa di mana serangan mengarah ke muka saya. Tapi memang itu risiko berpolitik, risiko perjuangan. Ojo kagetan ojo gumunan," kata Tsamy.

Dia juga menegaskan tak akan mundur dari partai politik setelah mendapatkan serangan bertubi-tubi. "Bagi saya perjuangan saya lebih besar dari pada memusingkan orang-orang itu," tambah Tsamy.

Politikus muda Partai Golongan Karya, Lindsey Afsari Puteri mengaku juga menghadapi kendala ketika pertama kali terjun ke politik. Niatnya menjadikan politik sebagai kendaraan berbuat baik tak selalu berjalan mulus.

"Politik itu dinamis, ada berbagai kepentingan di sana. Tidak semudah itu menjadikan parpol sebagai kendaraan. Tapi idealnya itu kita lakukan dengan segala visi misi yang kita punya," kata Lindsey.

Politikus Muda Golkar, Micha Ferdinand Sindoro yang seorang pebisnis mengaku siap menghadapi segala risiko ketika memutuskan terjun ke politik. Dia menyadari bahwa di dalam politik perbedaan pendapat pasti ada.

"Kalau belum siap untuk bertempur dengan perbedaan opini atau pendapat, saya pastinya sudah tidak bergabung."

Selama perbedaan pendapat dikemukakan dengan cara yang wajar, fair dan profesional, itu adalah hal yang positif dan sehat bagi politik di Indonesia," kata Micha.

Bagaimana jika lawan politik menggunakan cara tidak fair dalam beradu argumen?

"Sebaiknya kita menjadi peredam masalah dan bukan membuatnya lebih besar lagi. Kita kan bisa saja bicara baik-baik dengan lawan politik dan menegurnya secara professional," tegas Micha.

Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari mengatakan bahwa terjun ke dunia politik itu laksana masuk ke medan perang. Ada yang bertahan tak sedikit kemudian terjebak dalam sejumlah kasus.

Pemuda yang bertekad terjun ke politik harus menyiapkan diri dan pandai-pandai menghadapi aneka intrik politik. "Masuk ke politik seperti masuk medan perang. Banyak ranjau dan jebakan. (politikus muda) harus pandai-pandai meniti buih," kata Qodari. (erd/jat)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.

Hide Ads