Yang Muda yang Mau Berpolitik

Pemuda di Panggung Politik

Yang Muda yang Mau Berpolitik

Erwin Dariyanto - detikNews
Senin, 18 Sep 2017 11:58 WIB
Foto: Andhika Akbaryansyah/detikcom
Jakarta - Lindsey Afsari Puteri pernah merasakan menjadi anak muda yang sangat antipati terhadap partai politik. Itu terjadi sekitar tahun 2000-an menjelang dia kuliah. Kala itu, Lindsey, yang seorang aktivis kampus, banyak bergaul dengan anak-anak muda idealis. Mereka sangat antipati terhadap partai politik.

Pada 2007 dan 2008, mulai timbul pertanyaan di benak Lindsey, "Mengapa banyak yang antipati terhadap partai politik? Saya penasaran dan mulai cari tahu alasan mereka," kata Lindsey saat berbincang dengan detikcom, Jumat (15/9/2017).

Dari ayahnya yang aktivis Kosgoro, Lindsey disarankan untuk merasakan langsung dunia politik dengan masuk ke dalamnya. Perempuan kelahiran Jakarta, 3 Maret 1979, itu pun lalu masuk Partai Golkar wilayah Jakarta Selatan.

Kini Lindsey telah hampir 10 tahun terjun ke politik dan sempat menjadi calon anggota legislatif pada 2014, meski tak terpilih ke Senayan. Selama berkecimpung di Golkar, ia bisa merasakan bahwa panggung politik tak seburuk anggapan orang selama ini. "Di dalamnya (politik) banyak menuntun kita kalau kita mau membawa kendaraan untuk kebaikan," kata dia.

Pada tahun yang sama, Meutya Hafid memutuskan banting setir dari layar kaca ke panggung politik. Meski sempat galau selama satu bulan, ia pun keluar dari Metro TV dan bergabung dengan Partai Golongan Karya.

"Sebagai jurnalis waktu itu, saya tengah diberikan kepercayaan siaran di program-program unggulan di stasiun TV Metro. Galau satu bulan sebelum keputusan dan sesudahnya, tapi setelah itu tidak ada pilihan lain kecuali kerja serius," kata politikus kelahiran 3 Mei 1978 itu.

Hal yang membuat perempuan lulusan Industrial Engineering University of New South Wales, Australia, itu kian mantap terjun ke politik adalah minimnya keterwakilan perempuan dan anak muda di pesta politik kala tersebut. Pada 2009, misalnya, proporsi caleg perempuan terpilih hanya 18,2 persen atau tak mencapai affirmative action yang 30 persen.

Jumlah caleg perempuan terpilih pada 2014 justru mengalami penurunan menjadi tinggal 17,3 persen. Pada Pemilu Legislatif 2014, keterwakilan perempuan di parlemen sebanyak 97 kursi (17,32 persen) di DPR, 35 kursi (26,51 persen) di DPD, dan rata-rata 16,14 persen di DPRD serta 14 persen di DPRD kabupaten/kota.

Meutya telah dua periode duduk sebagai anggota DPR. Kini dia menjadi Wakil Ketua Komisi I DPR yang membidangi pertahanan, luar negeri, serta komunikasi dan informatika.

Setelah Lindsey dan Meutya, banyak pemuda kini tertarik masuk ke panggung politik. Tsamara Amany, yang belakangan populer lantaran terlibat twitwar dengan Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah soal Pansus Angket KPK, salah satunya.

Ia tidak ingin politik terus diisi orang-orang yang tidak baik. Tsamy percaya bahwa politik adalah sebuah alat untuk membuat kebijakan publik yang baik, juga bisa digunakan untuk korupsi.

"Dan aku ingin terjun ke politik untuk memastikan bahwa politik dipakai untuk membuat kebijakan publik yang baik dan tidak disalahgunakan lagi untuk mencolong uang rakyat," katanya.

Seorang pengusaha muda, Micha Ferdinand Sindoro, juga tertarik terjun ke politik. Menurut dia, selama ini masyarakat melihat politik dari segi wawasan dan pengetahuan yang terbatas, sehingga penilaian pun terbatas. Sering kali banyak yang berkomentar namun tidak tepat sasaran.

"Dengan terjun ke politik, kita akan belajar bagaimana politik bekerja dan dapat melihat medan politik dalam jarak yang lebih dekat, sehingga di kemudian hari opini, saran, dan kita semoga lebih bermanfaat," kata Micha.

Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari menyambut positif turunnya sejumlah anak muda ke panggung politik. Kepedulian pemuda terhadap politik adalah suatu harapan di tengah sinisme terhadap kinerja parpol di Indonesia.

"Ini ada anak muda yang menyalakan lilin ketimbang mengutuk kegelapan. Kita mendorong banyak anak muda ke politik. Parpol jangan dijauhi, tapi didekati masuk ke dalamnya. Parpol pilar utama tulang punggung demokrasi," kata Qodari.

Bung Karno pada suatu ketika pernah berkata, "Beri aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncang dunia." (erd/erd)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.

Hide Ads