Akting 'Plin Plan' Akbar Pembunuh Indria, Mana yang Benar?

Akting 'Plin Plan' Akbar Pembunuh Indria, Mana yang Benar?

Hestiana Dharmastuti - detikNews
Jumat, 08 Sep 2017 09:20 WIB
Foto: Indria dan Akbar Dok. Istimewa
Jakarta - Mochammad Akbar (38) disebut pandai berakting saat dikorek polisi terkait pembunuhan pegawai BNN Indria Kameswari. Akbar memberikan keterangan yang berubah-ubah mulai dari pekerjaan hingga misteri pistol.

Akbar sebelumnya melarikan diri setelah menghabisi nyawa istri tercintanya meninggal di Perumahan River Valley Blok B2 Desa Palasari, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor pada Jumat 1 September 2017. Jejak-jejak pelarian Akbar terlacak polisi. Dia akhirnya ditangkap polisi di 'benteng persembunyiannya' di Batam, Kepulauan Riau, Minggu 3 September 2017.


Akbar lalu menjalani serangkaian pemeriksaan mulai dari pekerjaan, motif penembakan, pistol hingga 'identitas' KTP . Sayangnya, Akbar bertindak tidak kooperatif terhadap polisi. Akbar kerap memberikan keterangan yang berubah-ubah dan tidak jujur. "Dia (Akbar) hebat, kami akui dia hebat dalam berakting," kata Kapolres Kabupaten Bogor AKBP M Dicky Pastika Gading.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Akbar seolah-olah tidak menyesal membunuh istri tercintanya itu. Dia ini seperti tidak menyesal melakukan perbuatannya," ujar Dicky.


Ulah Akbar ini membuat polisi kesulitan membuat Berita Acara Pemeriksaan (BAP) dan menemukan barang bukti. "Yang bersangkutan memang amat-amat tidak koperatif, akan memberatkan yang bersangkutan juga," kata Kapolres Bogor AKBP AM Dicky Pastika Gading.


Tapi, polisi pantang menyerah menghadapi kelihaian Akbar. Polisi lalu membawa Akbar ke RS Polri untuk menjalani tes kesehatan dan kejiwaan agar terungkap semua kebenaran.


Berikut serangkaian akting 'plin plan' Akbar:



Chef di AS, Kontraktor atau Debt Collector


Akbar memberikan keterangan berubah-ubah tentang pekerjaannya selama ini. Dulu dia mengaku jadi chef di Amerika Serikat. Sekarang Akbar bilang menjadi kontraktor dan bahkan pernah menjadi debt collector.

"Pekerjaannya nggak jelas, dulu katanya Chef di Amerika. Sekarang ngakunya kontraktor, kalau ditanya nggak bisa jelasin" kata Kapolres Kabupaten Bogor AKBP AM Dicky Pastika Gading.

Akbar pernah juga menyebut dirinya bekerja sebagai debt collector. Namun keterangan Akbar itu selalu berubah setiap kali polisi menanyakan pekerjaannya.

Namun Ibunda Akbar, Asiyah, pernah menceritakan menyebut anaknya sempat bekerja sebagai pemborong, namun saat ini usahanya sedang jatuh.



Tembak Indria, Tapi Sembunyikan Pistol


Akbar mengaku menembak Indria. Namun, dia belum berbicara mengenai senjata api yang digunakan saat menembak istrinya.

"Yang bersangkutan mengakui perbuatan menembak, tapi tidak koperatif, menyembunyikan senpinya," ujar Kapolres Bogor AKBP AM Dicky Pastika Gading dalam keterangannya, Selasa (5/9/2017).

Polisi masih mencari keberadaan senpi yang digunakan Akbar saat menembak Indria pada Jumat 1 September 2017. Peluru yang ditembakkan tersangka mengenai bagian punggung korban.



Pistol Milik Akbar, Peluru Punya Kakak


Akbar mengaku pistol yang digunakan untuk menembak Indria miliknya. Dia mengaku merakit pistol itu.

"Dia bilang rakitan, punya dia," kata Kapolres Kabupaten Bogor AKBP AM Dicky Pastika Gading.

"Orangnya juga masih plinplan, senjata saja belum ketemu, disembunyiin," ujar Dicky.

Mengenai peluru, Akbar ketahuan membawa tiga butir peluru saat hendak kabur ke Batam. Saat melewati X-ray, terdeteksi peluru dalam tas yang dibawa Akbar. "Peluru itu diamankan petugas bandara dari tas pelaku. Jadi ketika pelaku melewati x-ray, terdeteksi di dalam tas itu ada peluru. Kemudian pelaku dan tas itu diamankan petugas bandara," kata Kasat Reskrim Polres Bogor AKP Bimantoro Kurniawan.

Kepada petugas bandara, Akbar menyebut peluru itu milik kakaknya yang merupakan anggota sebuah kesatuan. Akbar kemudian sempat keluar dan kembali masuk hingga akhirnya bisa terbang ke Batam.



Cekcok Ekonomi atau Penembakan Berencana


Akbar mengaku tega membunuh Indria karena cekcok soal ekonomi. Namun, pengakuan tersangka ini kerap berubah-ubah.

"Yang bersangkutan masih mengaku karena cekcok keluarga masalah ekonomi," ujar Kapolres Bogor AKBP AM Dicky Pastika Gading dalam keterangannya, Selasa (5/9/2017).

Dari pengakuan sementara, Akbar menyebut pembunuhan terjadi karena cekcok rumah tangga. Namun belum diketahui motif sebenarnya dari pembunuhan Indria. "Tersangka kan alasannya ketidakcocokan saja, ketidakharmonisan rumah tangga, pertengkaran," sebut dia.

Polisi belum menemukan motif pembunuhan ini. Keterangan Abdul berubah-ubah. Kadang menyatakan penembakan dipicu pertengkaran, kadang mengakui penembakan sudah direncanakan.



'Teka-teki' KTP Akbar


Akbar kabur ke Batam setelah menembak mati Indria. Akbar menggunakan KTP kakaknya, MT, untuk mengelabui petugas bandara.

Selain KTP MT, Akbar kedapatan membawa KTP atas nama H Abdul Malik Azis SH. Di KTP itu, Malik tercatat lahir 17 Desember 1978. Malik beralamat di Kelurahan Warakas, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Sementara di KTP, Akbar tercatat lahir 28 Desember 1979.

"Itu bukan KTP palsu, itu milik saudaranya, nomor induk kependudukan (NIK) nya terdaftar," kata Kapolres Kabupaten Bogor AKBP M Dicky Pastika Gading saat dihubungi detikcom, Jumat (8/9/2017).

Menurut Dicky KTP tersebut dipakai Akbar untuk mengelabui petugas bandara. Tidak ada niatan lain yang dilakukan Akbar saat memakai KTP milik saudaranya. "Ya motif dia pakai KTP saudaranya hanya untuk kabur mengelabui petugas bandara supaya namanya tidak terdeteksi," jelasnya.


Jadi, mana yang benar Akbar?
Halaman 2 dari 6
(aan/fjp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads