Buka SLB di Pelosok Riau, Syafrizal: Awalnya Saya Dibilang Gila

Buka SLB di Pelosok Riau, Syafrizal: Awalnya Saya Dibilang Gila

Chaidir Anwar Tanjung - detikNews
Senin, 04 Sep 2017 22:49 WIB
Kepala Sekolah Syafrizal menjemput siswa SLB memakai gerobak motornya. (Dok SLB Sekar Meranti)
Pekanbaru - Syafrizal (34) merupakan Kepala Sekolah Luar Biasa Sekar Meranti di Kabupaten Meranti, Riau. Awal membuka sekolah untuk anak disabilitas, dia dicemooh sebagai orang gila.

SLB Sekar Meranti berada di Desa Anak Setatah, Kecamatan Rangsang Barat, Kabupaten Meranti, Riau. Kecamatan ini ada di pulau yang berlokasi di semenanjung Selat Malaka. Di sanalah SLB Sekar Meranti berdiri sejak 2013.


Pada awal pendiriannya, Syafrizal mengatakan banyak tantangan yang dihadapi. Untuk membuat sekolah, harus ada izin yang diterbitkan pemerintah dengan landasan sebuah yayasan. Berdirilah Yayasan Sekar Meranti, yang akan membidani dunia pendidikan khusus anak-anak disabilitas, yang perlu perhatian khusus.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Syafrizal bersama para murid di sekolahnyaSyafrizal bersama para murid di sekolahnya (Dok SLB Sekar Meranti)

Dalam pendirian yayasan ini, Syafrizal dibantu kakaknya, Rudi Hartono (42). Mereka berdua kompak mencari dana bantuan ke sana-kemari demi membangun sekolah tersebut.

"Kakak saya kerjanya penjual ikan keliling sambil membeli karet masyarakat. Kami berdua berniat bangun SLB, karena begitu banyak anak-anak disabilitas di kampung kami," cerita Syafrizal dalam perbincangan dengan detikcom, Senin (4/9/2017).

Niat Syafrizal membangun sekolah tersebut awalnya mendapat cemooh dari masyarakat setempat. Ide memberikan pendidikan kepada anak-anak dianggap sebagai sebuah pekerjaan yang akan sia-sia saja.


"Saya dibilang orang gila. Kurang kerjaan. Buat apa bangun sekolah seperti itu hanya akan menghabiskan waktu," kenang Syafrizal.

Syafrizal menjemput siswa sekolahnya menggunakan gerobak motor miliknya tiap pagiSyafrizal menjemput siswa sekolahnya menggunakan gerobak motor miliknya tiap pagi. (Dok SLB Sekar Meranti)

Ejekan dari warga sekitar tak membuatnya surut untuk mewujudkan dunia pendidikan bagi anak-anak yang butuh perhatian khusus. Meski hanya tamatan SLTA, Syafrizal terus berjalan bersama Rudi Hartono.

"Waktu pertama kali bangun sekolah, uang di tabungan saya sebanyak Rp 15 juta habis. Uang itu untuk beli material bangunan. Sedangkan kakak saya menghibahkan tanahnya. Dia juga membantu minta sumbangan ke warga. Ada yang bantu Rp 50 ribu, Rp 200 ribu. Uang itu kita kumpulkan untuk pembangunan pertama kali," kata Syafrizal.


Syafrizal berkeliling di 12 desa di Kabupaten Meranti untuk menjemput siswanyaSyafrizal berkeliling di 12 desa di Kabupaten Meranti untuk menjemput siswanya. (Dok SLB Sekar Meranti)

Setelah sekolah terbangun, mengajak warga yang untuk bersekolah juga tidak mudah. Tak pernah bosan, Syafrizal bersama Rudi berjibaku memberikan pengertian kepada warga yang anaknya menyandang disabilitas.

"Kita berikan pengertian pada orang tuanya agar anaknya yang perlu perhatian khusus harus sekolah. Banyak alasan yang membuat mereka tak mau menyekolahkan. Tapi syukurlah, sekarang kita sudah punya siswa," kata Syafrizal. (cha/jbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads