"Gini, hati ada cacing sebetulnya tidak mempengaruhi yang lain, makanya kita lihat kita ambil di tempat cacingnya saja. Kita buang di tempat air campur antibakteri," kata anggota Persatuan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) DKI Sukirno saat ditemui di Masjid Agung Sunda Kelapa, Jakarta Pusat, Jumat (1/9/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dari segi etika nggak enaklah. Makanya kita ambil, kita taruh di air antibakteri," ungkap Sukirno.
Sukirno saat ini membantu memeriksa hewan kurban di Masjid Agung Sunda Kelapa. Sebanyak 51 kambing dan 12 sapi yang dikurbankan di sana dalam kondisi sehat.
"Pemeriksaan itu sebelum dipotong namanya pemeriksaan klinis, meliputi ya dia lincah atau tidak. Hanya melihat saja dia lesu atau tidak, terus bulu-bulunya itu berdiri atau tidak, terus sakit atau tidak," jelas Sukirno.
"Kalau seperti itu, kita lanjutkan ada pemeriksaan temperatur di anus. Dilihat kalau ada yang mencurigai ya, tapi kan kalau dilihat sehat semua ya sudah kita tidak periksa ke dalam anus itu," lanjutnya.
Sukirno mengatakan pemeriksaan dipisah secara dua tahap. Tahap pertama ialah antemortem sebelum disembelih. Tahap kedua dinamakan postmortem setelah penyembelihan.
"Postmortem itu kita periksa terutama jeroannya, jeroannya itu jantung, hati, paru. Kita lihat ada cacingnya atau tidak. Caranya disayat di pembuluh darah apakah ada cacing atau tidak. Paru juga kalau ada berundul-berundul itu takut ada TBC kan menular ke manusia," tuturnya.
Sementara itu, sapi kurban dari Presiden Joko Widodo yang disembelih di Dusun Bodowaloh, Desa Srihardono, Kecamatan Pundong, Bantul, mengandung cacing hati. Petugas kesehatan pun langsung meminta agar hati sapi itu dikuburkan. (bag/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini