Wukuf di Padang Arafah, menurut Djamil, merupakan rukun haji yang tak bisa ditinggalkan. Keniscayaan yang tidak dapat ditawar sehingga orang sakit pun dibawa ke Arafah lewat safari wukuf.
"Ini berarti dalam kehidupan sehari-hari ada hal yang harus dijalankan. Jika kewajiban diabaikan, larangan diterjang tanpa rasa bersalah, dan anjuran berbuat baik tak didengar lagi, maka keseimbangan tatanan masyarakat akan terganggu," kata Djamil.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita diingatkan akan kematian yang kita takutkan, kita lupakan, atau pura-pura lupakan. Kini saatnya kita jadikan hari ini sebagai momentum transformasi diri menjadi manusia lebih baik dan tidak melakukan kesalahan di masa datang," urai mantan Rektor UIN Walisongo Semarang ini.
Haji mabrur dapat dicapai jika jemaah pulang meninggalkan perbuatan buruk di dunia dan mencintai akhirat. Harus ada perbaikan diri. Saat Eropa bersuara lantang tentang kemanusiaan, Nabi Muhammad dalam khotbah wada' memancangkan tonggak kemanusiaan.
"Khutbah wada' begitu menyentuh nilai kedamaian, menghargai sesama dan menumbuhkembangkan spirit kebersamaan," jelas Djamil.
Dalam keheningan wukuf, lanjut Djamil, manusia hendaknya meningkatkan ketakwaan, menyadari tanggung jawab kemanusiaan, menghormati sesama, menjaga harmoni kehidupan berbangsa dan bernegara. Djamil kemudian menutup khotbah dengan harapan jemaah pulang layaknya anak yang baru lahir.
Usai khotbah, wukuf dilanjutkan dengan doa. Suhu udara di angka 43 derajat celsius. Sebagian jemaah memilih berada di luar tenda. Prosesi wukuf berakhir sekitar pukul 14.00 Waktu Arab Saudi. Jemaah akan melanjutkan rangkaian haji dengan singgah di Muzdalifah yang berjarak 2-4 kilometer dari Arafah. (try/jbr)











































