"Jadi di family development session, di nama program, di aktivitas pendampingan, di kegiatan mikro para pendampingan, kita haramkan menggunakan istilah 'miskin'. Karena dengan diberikan kata 'miskin' itu melabel mereka. Membuat mereka mindset-nya 'oh saya ini kan miskin'," ungkap Harry di Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jalan Medan Merdeka Barat 9, Jakarta Pusat, Jumat (18/8/2017).
Harry mengungkapkan sudah bertahun-tahun masyarakat penerima bantuan sosial (bansos) mendapat label 'miskin'. Hal itu membuat masyarakat penerima bansos menjadi bergantung kepada pemerintah atas bansos yang diberikan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nah, ini yang harus diubah mindset-nya. Bahwa bantuan ini untuk mereka menjadi sejahtera, bukan untuk miskin terus," katanya.
Hari menambahkan masyarakat perlu mendapat motivasi agar merasa malu bila terus menerima bantuan dari pemerintah. Masyarakat perlu diberi stimulus agar bangkit.
"Kalau perlu dengan bahasa spiritual, orang memberi lebih baik dari menerima. Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah," katanya.
Salah satu program yang dimiliki Kemensos untuk menaikkan taraf hidup ialah Program Keluarga Harapan (PKH), yang sudah berjalan selama 10 tahun. Sebelumnya, ada program Bantuan Langsung Tunai (BLT), yang dibuat pemerintah untuk mengentaskan warga dari kemiskinan. Tapi Harry memandang BLT tidak membuat masyarakat menjadi mandiri.
"Pada tahun 2005 dan 2007, waktu itu ada kenaikan BBM yang uangnya disubsidi untuk BLT. Saat itu kemiskinan berkurang. Tapi itu tidak akan mendidik masyarakat untuk menyejahterakan masyarakat secara mandiri," ucapnya. (irm/jbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini