Soeharto Center, Berdiri Lalu Mati Suri

Institut Para Mantan

Soeharto Center, Berdiri Lalu Mati Suri

Aryo Bhawono - detikNews
Selasa, 15 Agu 2017 04:00 WIB
Presiden Soeharto (Foto: Istimewa/Getty Images)
Jakarta - Pengamat politik dari LIPI Dewi Fortuna pernah menyatakan mantan kepala negara mendirikan lembaga kajian belum menjadi tradisi seperti halnya di Amerika Serikat. Di negeri 'Abang Sam' itu kita bisa menyebut Gerald Ford yang hingga sekarang identik dengan Ford Foundation. Ada juga Carter Center (Jimmy Carter), Clinton Center (Bill Clinton), atau Obama Foundation (Barack Obama).

Tapi tidak demikian halnya dengan Sukarno dan Soeharto. "Karena setelah lengser beliau dikurung di Istana Bogor, dan Pak Harto terkurung di Cendana," kata Dewi kepada pers saat peresmian The Habibie Center, November 1999.

Tentu pendapat Dewi tersebut kini perlu dikoreksi. Sebab ide-ide Sukarno sejak beberapa tahun lalu dibangkitkan dan dikaji lewat seminar-seminar dan penerbitan sejumlah buku oleh Megawati Institute. Salah satu visi lembaga yang didirikan salah satu putri Bung Karno itu adalah, "Membumikan nilai-nilai Pancasila (1 Juni 1945) sebagai ideologi bangsa dalam berbagai dimensi kehidupan masyarakat Indonesia."

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara pengusaha Probosutedjo yang notabene adik tiri Soeharto sempat mendeklarasikan pendirian Soeharto Center pada 8 Juni 2011. Salah satu tujuan Probo mendirikan lembaga tersebut adalah memulihkan nama baik Soeharto semasa berkuasa. Sebab pasca-lengser pada Mei 1998, banyak pemberitaan miring soal kakaknya itu.

"Kalau dikatakan KKN, bukti KKN-nya mana? Dikatakan punya simpanan triliun, ternyata nggak ada setelah diperiksa," ungkap Prabosutedjo menyebut salah satu contoh dalam konfrensi pers di Hotel Le Meridien.

Sementara Guru Besar Deakin University, Melbourne, Australia, Ismet Fanani dalam sarasehan acara tersebut menyebut salah satu tujuan adalah menggali pemikiran-pemikiran Soeharto tentang pembangunan Indonesia menuju bangsa yang lebih baik. Sarasehan juga untuk menentukan prioritas isu-isu pokok pemikiran Soeharto mengenai pembangunan yang akan dikaji lebih dalam dan luas dalam serial small workshop dan workshop nasional.

Nyatanya hingga kini, kiprah lembaga itu nyaris tak terdengar. Mati suri? Mantan Ketua MK Jimly Asshiddiqie yang pernah hadir dalam sarasehan menolak berkomentar. Ia menyarankan agar isu ini tidak ditanyakan kepada dirinya.

Dihubungi terpisah, peneliti CSIS Arya Fernandes malah mengaku tak pernah mendengar ada nama Soeharto Center. Hal itu mengindikasikan lembaga itu tak pernah benar-benar berkiprah. Sebab mendirikan sebuah lembaga kajian memang tak mudah, tak cuma butuh dana tapi juga kehadiran kaum intelektual yang mengenal dan dapat memahami pemikiran si tokoh agar fungsi lembaga itu tidak mati.

"Jujur, saya malah baru dengar ada Soeharto Center. Soalnya peran dan hasil kajiannya apa juga tidak ada kok," jelas Arya. (ayo/dkp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads