"Kami ingin semua cepat selesai. Supaya tidak menggangu. Sekarang saja kan baru satu orang eselon 1 dan eselon 2 kami (jadi terdakwa), kemudian ada 98 yang bolak balik dipanggil KPK, ini yang ngeluhnya ke saya, saya bagaimana Pak. Ya itu mudah mudahan cepat selesai lah," kata Tjahjo.
Hal tersebut disampaikan Tjahjo usai diskusi 'Dinamika Politik dan UU Pemilu' di Hotel Century, Senayan, Jakarta Pusat, Sabtu (12/8/2017). Menurut Tjahjo pemeriksaan puluhan pegawainya tersebut dapat memperlambat pembuatan e-KTP.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ditanya soal sosok Johannes Marliem, Mendagri mengaku tak kenal. Ia pun menyerahkan sepenuhnya pengusutan kematian Marliem kepada KPK.
"Pertama saya nggak kenal, dan kedua bukan ranah kami buat komentari, itu ranahnya KPK, ranah penegak hukum," ujar Tjahjo.
Hanya saja Tjahjo menyayangkan pemenang tender proyek e-KTP tersebut adalah sebuah perusahaan di Amerika Serikat. Pun, jika proyek tender dipindah tangankan ke Indonesia, Amerika belum tentu mengamini.
"Hanya saja yang sekarang perusahaan Amerika ini dalam berpindah ke perusahaan kita. Misalnya alih teknologinya kan perlu waktu. Belum tentu mereka mau beritikad baik menyerahkan. Tapi, kalo tidak kan perlu waktu untuk berpindah dari Indosat ke Telkom itu saja hampir setahun," tutur Tjahjo.
Johannes tercatat terakhir meninggalkan Indonesia pada Agustus 2016. Direktur Jenderal Imigrasi Ronny F Sompie mengatakan hanya ada dua perlintasan terakhir atas nama Johannes Marliem. Dua perlintasan kedatangan dan keberangkatan yang berjarak sebulan.
"Departure (keberangkatan) tanggal 21 Agustus 2016 pukul 19.38 WIB dari Soekarno-Hatta dengan NH856 tujuan Narita (Tokyo) menggunakan paspor nomor B4506941," kata Ronny saat dihubungi detikcom, Sabtu (12/8).
Baca juga: Jejak Johannes Marliem di kasus e-KTP |
Duta Besar RI untuk AS Budi Bowoleksono juga belum memberikan jawaban soal berita tewasnya Johannes. Pihaknya masih mendalami apakah Johannes bunuh diri atau dibunuh, termasuk soal status kewarganegaraan Johannes saat ini.
"Kami sedang mendalami semua aspek terkaitnya," kata Budi Bowoleksono saat dihubungi detikcom, Jumat (11/8). (rna/rna)











































