"Sekolah sudah dibekukan dari Januari 2016," kata guru bidang olahraga, Fajar Rizki Setiadi saat ditemui di Balai Kota, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Selasa (25/7/2017).
Meski dibekukan, Fajar menyebut kegiatan belajar-mengajar di sekolah masih berjalan. Namun, mereka tak bisa lagi menerima siswa baru.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fajar menyebut alasan pembekuan sekolah disebutnya karena lahan sekolah dibangun di atas lahan fasilitas umum (fasum). Namun, dia menyebut tidak pernah ada solusi dari Pemda DKI.
"Karena fasum, tanah yang sekolah kami tempati itu adalah tanah fasum (fasilitas umum). Peruntukannya bukan untuk peruntukan SD, buat apa kurang ngerti juga," sebut Fajar.
Ia mengatakan sekolah ini sudah berjalan dari 1984, yaitu sebagai sekolah taman kanak-kanak (TK) namun berubah menjadi SD pada tahun 1986. Ia juga menjelaskan bahwa pada era Ahok, beberapa sekolah lain sempat dibuatkan surat keputusan gubernur.
"Pada tahun 2006, yayasan menyerahkan 10 sekolah, ada sembilan TK, satu SD ke Pemda. Yang sembilan TK ini sudah jadi sekolah negeri, dibuatkan keputusan gubernur, waktu itu Pak Ahok yang tanda tangani. Sekarang satu SD ini, SD kami, malah dibekukan izin operasionalnya," jelas Fajar.
"Dan tanda tangannya bukan tanda tangan gubernur, tapi hanya kepala dinas pendidikan," sambungnya.
Ia juga mengaku tidak ada sosialisasi sebelum sekolah tersebut dibekukan. Pemda sempat menjanjikan sekolah baru namun tidak pernah terealisasi.
"Tahun kemarin kita sempat bertemu dengan Pemda. Awalnya Pemda menjanjikan tempat baru, di sekolah negeri terdekat kan ada kosong. Jadi mau dibangun di situ, guru-gurunya dijanjikan UMP. Tapi kemarin Bapak Kasudin (Pendidikan) yang baru dilantik dua bulan, datang ke sekolah kami menjelaskan bahwa semua sosialisasi yang dijanjikan tahun lalu batal, dibatalkan secara sepihak," urai Fajar.
Ia mengatakan janji itu batal dengan alasan proses pemindahan yang lama. Akibatnya, saat ini murid menjadi korban mereka dipecah dan disebar ke berbagai sekolah terdekat. Para guru SD Kasih Ananda II itu berharap dengan menemui Djarot mereka bisa mendapat solusi. (nth/ams)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini