"Menumbuhkan jiwa Pancasila harus menghargai sejarah. Kalau kita tidak kenal sejarah, tidak kenal pahlawan, mustahil bangga jadi anak Indonesia," kata Sandi di Monumen Pancasila Sakti, Jl Pancasila Sakti, RT 04/12, Lubang Buaya, Cipayung, Jakarta Timur, Kamis (13/7/2017).
Sandi tiba di lokasi sekitar pukul 09.45 WIB. Dia mengenakan baju batik warna biru abu-abu dengan celana bahan warna hitam. Saat memasuki aula, Sandi langsung disambut para siswa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Persiapkan diri menjadi penerus cita-cita bangsa, harus berani bermimpi, gali bakat dan potensi, lihat peluang, jalin networking, bergaul dengan baik dan bermanfaat bagi sekitar. Orang maju harus bisa melihat peluang yang ada di sekitar kita. Banyak sekali peluang di sekitar kita," ujarnya.
Dia lalu mencontohkan bagaimana peluang masih ada di banjir dan macet. Dia mengatakan, saat terjadi banjir, ada yang melihat sebagai musibah. Tapi ada yang melihatnya sebagai peluang, yaitu dengan memanfaatkan air.
"Begitu juga kemacetan, ada juga yang melihat sebagai peluang. Contohnya dengan membuat ojek online. Jika ingin sukses, sukseskan orang lain. Mau kaya, maka kayakan orang lain. Dengan hukum sebaliknya, semua akan terbayar," ungkapnya. (jbr/nkn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini