Perbudakan Seks Berkedok Tarian Pria 'Cantik' di Afganistan

Perbudakan Seks Berkedok Tarian Pria 'Cantik' di Afganistan

Niken Purnamasari - detikNews
Jumat, 07 Jul 2017 17:57 WIB
Foto: Getty Images
Kabul - Afganistan adalah salah satu negara yang penduduknya dikenal memeluk agama dengan taat. Namun siapa sangka, tersingkap sisi kelam akan perbudakan seks yang terjadi pada remaja pria di negara itu.

Praktik tersebut dibalut dalam sebuah tradisi 'Bacha Bazi' atau 'Bachabaze'. Sebuah tarian yang dilakukan oleh para pria yang berpakaian seperti wanita.

Sekumpulan pria, biasanya berumur remaja, didandani ala wanita. Mereka memoles wajah dengan bedak, blush on, dan lipstik. Mereka pun diharuskan memakai bra serta rok.
Penari pria di Afghanistan. Penari pria di Afganistan. (Getty Images)

Setelah itu, para pria 'cantik' tersebut pun menari di hadapan banyak pria. Di Afganistan, memang wanita dilarang untuk menari, apalagi di depan pria.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari beberapa catatan sejarah, ada yang menyebutkan tradisi tarian Bacha Bazi diperkenalkan oleh Seyyid Mir Mohammed Alim Khan, keturunan terakhir Gengis Khan, yang memerintah pada 1880-1944.

Penari pria di Afghanistan. Penari pria di Afganistan. (Getty Images)


Ada pula yang menuliskan tradisi penari pria berpakaian wanita telah ada di Turki pada masa kesultanan Ottoman.

Lepas dari sejarah Bachi Baza, tradisi tarian tersebut tampaknya mulai bergeser menjadi praktik seks di Afganistan.

Dilansir dari BBC, Jumat (7/7/2017), sesuatu yang terjadi seusai pesta tarian itu mencengangkan. Para penari 'cantik' tersebut diajak oleh penonton pria ke hotel. Di sanalah kekerasan seksual terjadi. Seorang penari, Omid (bukan nama sebenarnya), mengungkapkan alasan dirinya mau menjadi Bacha Bazi dan terlibat dalam praktik seksual.

"Saya mulai menari di acara pernikahan ketika umur saya 10 tahun. Saat itu ayah saya sudah meninggal. Keluarga kami sangat kelaparan dan saya tidak punya pilihan. Terkadang kami pergi tidur dengan perut kosong. Jika menari, saya dapat mengumpulkan sekitar $2 atau mendapat nasi," kata Omid dalam wawancara dengan BBC.

Omid menolak melaporkan kekerasan seksual yang ia terima kepada penegak hukum. "Mereka sangat kuat dan kaya. Polisi juga tidak dapat melawan," tutur Omid.

Seorang pemuka agama di Afganistan menolak adanya tradisi Bacha Bazi, yang masih terjadi di negara tersebut.

"Bachabaze/Bacha Bazi tidak dapat diterima di agama Islam. Itu adalah kekerasan anak. Itu terjadi karena sistem keadilan tidak bekerja," ucapnya. (nkn/fjp)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads