Praktik tersebut dibalut dalam sebuah tradisi 'Bacha Bazi' atau 'Bachabaze'. Sebuah tarian yang dilakukan oleh para pria yang berpakaian seperti wanita.
Sekumpulan pria, biasanya berumur remaja, didandani ala wanita. Mereka memoles wajah dengan bedak, blush on, dan lipstik. Mereka pun diharuskan memakai bra serta rok.
![]() |
Setelah itu, para pria 'cantik' tersebut pun menari di hadapan banyak pria. Di Afganistan, memang wanita dilarang untuk menari, apalagi di depan pria.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Ada pula yang menuliskan tradisi penari pria berpakaian wanita telah ada di Turki pada masa kesultanan Ottoman.
Lepas dari sejarah Bachi Baza, tradisi tarian tersebut tampaknya mulai bergeser menjadi praktik seks di Afganistan.
Dilansir dari BBC, Jumat (7/7/2017), sesuatu yang terjadi seusai pesta tarian itu mencengangkan. Para penari 'cantik' tersebut diajak oleh penonton pria ke hotel. Di sanalah kekerasan seksual terjadi. Seorang penari, Omid (bukan nama sebenarnya), mengungkapkan alasan dirinya mau menjadi Bacha Bazi dan terlibat dalam praktik seksual.
"Saya mulai menari di acara pernikahan ketika umur saya 10 tahun. Saat itu ayah saya sudah meninggal. Keluarga kami sangat kelaparan dan saya tidak punya pilihan. Terkadang kami pergi tidur dengan perut kosong. Jika menari, saya dapat mengumpulkan sekitar $2 atau mendapat nasi," kata Omid dalam wawancara dengan BBC.
Omid menolak melaporkan kekerasan seksual yang ia terima kepada penegak hukum. "Mereka sangat kuat dan kaya. Polisi juga tidak dapat melawan," tutur Omid.
Seorang pemuka agama di Afganistan menolak adanya tradisi Bacha Bazi, yang masih terjadi di negara tersebut.
"Bachabaze/Bacha Bazi tidak dapat diterima di agama Islam. Itu adalah kekerasan anak. Itu terjadi karena sistem keadilan tidak bekerja," ucapnya. (nkn/fjp)