"Kami pertanyakan instrumen cuaca di BMKG. Kan ada pemotongan anggaran untuk instrumen cuaca. Apakah mengganggu? Kami harap BMKG nggak terima-terima saja kalau ada pemotongan," kata Fary di gedung DPR/MPR, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (5/7/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami jujur mau dukung penuh BMKG untuk peliharaan untuk data yang akurat dan update. Kemarin kan ada pemotongan 40 persen, di 2018 apa ada upaya perbaikan di pemeliharaan?" tutur Fary.
Menjawab pertanyaan Fary, Andi menyebut, untuk perawatan beberapa instrumen, termasuk instrumen cuaca, pihaknya mencari dukungan dari pihak luar. Dia pun berjanji memperbaiki proses perawatan instrumen-instrumen di BMKG.
"Terkait arahan Komisi V, kami catat. Soal perawatan, kami usahakan perbaiki. Kami usaha mencari dukungan dari luar untuk perawatan," ujar Andi.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi V DPR Muhidin Mohamad Said mempertanyakan soal sistem deteksi peringatan dini terhadap gempa yang terjadi di Kawah Sileri. Menurutnya, saat itu sedang masa liburan, sehingga seharusnya BMKG lebih waspada soal bencana.
"Untuk (Kawah) Sileri nggak ada peringatan dini? Itu kan terjadi di musim liburan," ucap Muhidin di lokasi yang sama.
Andi menjelaskan, pada saat sebelum kejadian, tidak ada gempa tektonik yang terjadi di Kawah Sileri. Menurutnya, sebelum terjadi letusan kawah biasanya didahului dengan gempa vulkanik.
"Jadi untuk semua aktivitas kegunungan itu di Badan Geologi ESDM. Kami hanya soal gempa tektonik. Selain itu, gempa pada gunung yang mau meletus itu ada, tapi itu getarannya rendah," ucap Andi.
"Seluruh kegiatan kegunungapian itu di Badan Geologi. Yang kami bantu, deteksi awal gempa sebelum gunung meletus," tuturnya. (bis/imk)