Dari pantauan di Taman Waduk Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, Selasa (27/6/2017), belasan layangan tampak membubung di udara. Semilir angin dari waduk cocok menerbangkan layangan, apalagi didukung tanah lapang yang cukup luas.
Terlihat seorang ayah mendampingi anaknya bermain layang-layang yang terbang cukup tinggi. Apit, warga Tambora, mengakui susah menemukan tempat lapang di Jakarta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Seru, baru pertama," timpal anak Apit, Real.
![]() |
Apit memang berniat ke Waduk Pluit karena mendengar cerita taman ini cocok untuk bermain anak. Liburan keluarga hari ini ia habiskan di sini.
Lain cerita dengan Edwin. Warga Grogol ini mulanya berniat ke RPTRA Kalijodo. Namun, karena penuh, ia banting setir ke Taman Waduk Pluit.
"Tadi sempat ke Kalijodo, cuma penuh, makanya terus ke sini," ujar Edwin.
![]() |
Ia juga berkata menemani anaknya yang berusia 3 tahun bermain layang-layang. Kebetulan ada penjual layang-layang yang menjajakan dagangannya.
"Pas ke sini saja. Lihat ada yang jual layangan, makanya beli. Sering lewat sini juga sih, jadi bukan pertama kali. Nemenin anak main, tapi saya ikut juga," katanya.
"Dulu masih kumuh sih ya. Setahu saya, dulu nggak ada taman sebesar ini. Tapi sekarang baguslah," imbuhnya.
![]() |
Penjual layang-layang, Dede, mengaku hari ini pengunjung memang ramai. Meski banyak yang bermain layangan, pendapatannya belum sesuai harapan.
"Kalau kemarin lebih sepi. Hari ini sudah 50 lebih yang kejual. Kalau ramai tuh hari Minggu, biasanya bisa sampai 100, 150. Besok mungkin ramai. Warga kan sudah banyak balik ke Jakarta tuh," ungkap Dede, yang berdomisili di Pejagalan.
Ia menjual dua jenis layang-layang. Yang berukuran kecil dibanderol Rp 5.000 per buah, sementara yang besar Rp 10 ribu per buah. Asal bisa membawa pulang Rp 500 ribu, setidaknya ia sudah mendapatkan keuntungan Rp 350 ribu. Dede biasanya hanya berjualan Sabtu dan Minggu di Taman Waduk Pluit ini, namun saat momen Lebaran, ia berjualan dua minggu penuh hingga akhir pekan ini.
"Ramai itu kalau banyak yang bawa anak-anak. Kalau cuma pacaran atau suami-istri gitu, sepi yang beli. Ini anginnya juga lagi bagus dari waduk. Kalau ada angin laut, kencang, malah rusak layangan," urainya.
Hanya, Dede mengeluhkan dagangannya tak terlalu laku semenjak jumlah pengunjung berkurang. Menurutnya, sejak ada RPTRA Kalijodo, pengunjung terbagi.
"Dulu tuh ramai, ke sini semua. Tapi pas ada Kalijodo bagus juga, itu orang jadi terbagi dua, ke sana dan ke sini. Tapi pas liburan sama ramainya," tutup Dede. (nif/ams)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini