Berjuang Melawan Islamofobia di Belgia

Berjuang Melawan Islamofobia di Belgia

Nadila Fitria - detikNews
Selasa, 20 Jun 2017 20:45 WIB
Foto: Belgia, negara ibu kota Uni Eropa, dihuni oleh sekitar 11 juta penduduk (Irfan Padli/TRANS7)
Brussels - Belgia menjadi tujuan tim Jazirah Islam selanjutnya, dalam perjalanan menyelami kehidupan muslim di berbagai penjuru dunia. Negara yang menjadi ibu kota Uni Eropa ini mengundang rasa ingin tahu, seperti apa Islam bertahta di sini?

Grand Palace atau Grote Market dalam bahasa Belanda, adalah ikon kota Brussels yang wajib anda kunjungi. Belgia dihuni oleh sekitar 11 juta penduduk, hampir setara dengan 10 persen penduduk Pulau Jawa.

Berjuang Melawan Islamofobia di BelgiaFoto: Belgia, negara ibu kota Uni Eropa, dihuni oleh sekitar 11 juta penduduk (Irfan Padli/TRANS7)


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari sekitar 11 juta penduduk tersebut, sebagian merupakan keturunan Belanda, Prancis, dan Jerman, karena letaknya yang bertetangga. Tak heran ketiga bahasa negara tersebut digunakan di Belgia. Sisanya, adalah pendatang dari Turki dan Timur Tengah.

Islamofobia bukan hal yang baru di Eropa. Sejak lama, muslim di belahan barat dunia ini harus menghadapi kecurigaan dari masyarakat setempat. Namun kini, muslim di Belgia mulai bangkit melawan persepsi bahwa Islam dan muslim adalah sesuatu yang harus dihindari.

Adalah Mahinur Ozdemir, seorang muslimah kelahiran Brussels, yang membela hak muslim di Belgia. Ia adalah anggota parlemen termuda, dan wanita pertama di parlemen Belgia, yang mengenakan hijab.

Berjuang Melawan Islamofobia di BelgiaFoto: Mahinur Ozdemir (26), anggota termuda dan wanita pertama yang berhijab di Parlemen Belgia (Irfan Padli/TRANS7)


Mahinur Ozdemir menjadi politisi di usia 26 tahun. Dua periode sudah ia dipercaya mewakili rakyat di kursi parlemen Brussels.

Menjadi anggota parlemen, bukan berarti Mahinur melupakan tanggung jawabnya sebagai seorang istri dan ibu dari 2 orang anak.. Usai rapat di parlemen, Mahinur langsung bergegas menjemput Yusuf, putra sulungnya, yang baru saja pulang sekolah.

Meski terbilang cukup sibuk dengan aktivitasnya di pemerintahan, Mahinur selalu menyisihkan waktu untuk bermain dengan sang anak.

Berjuang Melawan Islamofobia di BelgiaFoto: Mahinur Ozdemir (26), anggota termuda dan wanita pertama yang berhijab di Parlemen Belgia (Irfan Padli/TRANS7)


"Setiap orang punya aturan dalam hidup. Saya adalah seorang istri, saya seorang ibu, saya seorang wanita bagi mereka. Bagi saya, yang paling penting di dunia ini adalah keluarga. Kita bisa punya apapun. Tapi keluarga adalah segalanya," tutur Mahinur.

Keseharian Mahinur adalah setiap pagi mengantar anak ke sekolah dan menjemputnya sekitar pukul 15.00 waktu setempat. Di sela-sela itu, dia melanjutkan rapat di parlemen.

"Ini pilihan. Saya ingin anak saya tetap bertemu dengan saya dan menceritakan apa yang ia lalui," imbuhnya.

Mahinur memilih untuk tetap aktif, baik dalam pekerjaan ataupun keluarga. Tentu saja semua atas izin suaminya. Mahinur lahir dan tinggal di daerah Schaerbeek, kantung muslim di Brussels.

Berjuang Melawan Islamofobia di BelgiaFoto: Mahinur Ozdemir (kiri), anggota termuda dan wanita pertama yang berhijab di Parlemen Belgia (Irfan Padli/TRANS7)


Banyaknya warga keturunan Turki yang tinggal di sini , membuat Schaerbeek punya julukan Anatolia kecil, nama sebuah kota cantik di Turki. Mahinur dan keluarganya, bahkan menjadi pelopor toko kelontong halal di daerah Schaerbeek.

Sebagai anggota parlemen, Mahinur tak hanya bertanggung jawab menyuarakan pendapat rakyat di Brussels. Namun juga aktif di organisasi yang fokus dalam melawan Islamofobia.

"Sejak tragedi bom bulan Maret tahun lalu, sangat sulit untuk muslim di sini berjalan di luar. Karena masyarakat mulai fobia terhadap Islam. Bagaimana menurutmu? Ya, sayangnya karena beberapa insiden membuat muslim jadi menghadapi beberapa masalah," ungkapnya.

Mahinur menceritakan beberapa insiden seperti ada wanita yang hampir ditabrak mobil dengan sengaja. Ada yang hijabnya ditarik di jalan, atau ditindas secara verbal.

"Maka kami punya komunitas untuk melawan Islamofobia dengan menjelaskan kepada masyarakat bahwa kami bukan teroris. Kami menjelaskan bahwa kami tidak seperti itu. Islam tidak membatasi wanita, Islam adalah kebebasan," tegasnya.

Berjuang Melawan Islamofobia di BelgiaFoto: Keluarga Mahinur (Irfan Padli/TRANS7)


Tak ada jalan lain untuk melawan terorisme, selain memberi cerminan bahwa muslim dan Islam adalah kedamaian. Kesuksesan Mahinur tentu tak lepas dari dukungan suaminya, Rahmi, yang memberi ia ruang untuk berkarya di bidang politik, dengan tujuan membawa nama baik Islam. Sungguh bahagia dapat menemukan sesosok muslimah inspiratif di Belgia yang sangat peduli terhadap perkembangan Islam di Eropa.

(Ketinggalan Jazirah Islam di TRANS7? Anda bisa tonton videonya di sini)

Perjalanan di Belgia belum usai. Sore ini ada pengajian komunitas muslim Indonesia di Belgia. Setiap Sabtu, komunitas muslim Indonesia mengadakan pengajian yang dimulai setelah waktu Asar, di ruang serba guna Kedutaan Besar Republik Indonesia di Belgia.

Berjuang Melawan Islamofobia di BelgiaFoto: Komunitas Pengajian Muslim Indonesia (Irfan Padli/TRANS7)


Acara dibuka dengan tausiah, dan berakhir dengan salat Magrib. Ternyata cukup banyak warga Indonesia yang menetap di Brussels. Rata-rata mereka bekerja di KBRI Brussels dan mahasiswa.

Berjuang Melawan Islamofobia di BelgiaFoto: Komunitas Pengajian Muslim Indonesia (Irfan Padli/TRANS7)


Komunitas pengajian muslim Indonesia juga berinisiatif untuk membangun masjid Indonesia di Brussels. Namun ternyata, hal tersebut masih menjadi mimpi.

"KPMI Belgia ingin membangun masjid sendiri, punya ruang ibadah sendiri tidak lagi di aula KBRI saja. Sehingga bisa lebih leluasa dan bisa lebih sering mengadakan pengajian. Saat itu sudah terkumpul dana 20.000 euro dari jemaah masjid di Belgia, namun terganjal izin. Sebenarnya izin dari pemerintah setempat sudah didapatkan, sayangnya warga di sekitar area masjid yang akan dibangun menandatangani petisi untuk menolak adanya masjid," tutur Ketua Keluarga Pengajian Muslimin Indonesia (KPMI) Bahtiar Hasan.

Berjuang Melawan Islamofobia di BelgiaFoto: Bangunan bekas kantor (berjendela hijau) ini tadinya akan dijadikan masjid Indonesia bagi muslim di Brussels Belgia. (Irfan Padli/TRANS7)


Meski tak seperti masjid yang ada di Indonesia, bangunan bekas kantor inilah yang tadinya ingin dijadikan rumah ibadah bagi umat muslim di Brussels. Namun apa daya, kini muslim Indonesia di Brussels harus bersabar menanti gedung baru yang dapat digunakan sebagai masjid, juga izin dari warga sekitar.

Saksikan perjalanan tim Jazirah Islam di Belgia, dalam program "JAZIRAH ISLAM" di TRANS 7, pada Rabu 21 Juni 2017 pukul 15.00 WIB (nwk/nwk)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads