Cerita WNI tentang Masjid Finsbury Park yang Jemaahnya Ditabrak

Cerita WNI tentang Masjid Finsbury Park yang Jemaahnya Ditabrak

Bagus Prihantoro Nugroho - detikNews
Selasa, 20 Jun 2017 09:53 WIB
Polisi berjaga di dekat TKP penabrakan jemaah Masjid Finsbury Park. (Reuters/Neil) Hall
Jakarta - Serangan mobil van yang dilakukan oleh Darren Osborne (47) di Seven Sister Road, London, Inggris, menewaskan 1 orang dan melukai 10 orang lainnya. Mereka yang ditabrak adalah jemaah salat tarawih dari Masjid Finsbury Park.

Rupanya masjid yang terletak di barat laut London itu kurang populer di kalangan warga negara Indonesia (WNI). Salah seorang WNI yang berada di London, Arihdya Caesar, menceritakan hal itu kepada detikcom.

"Sejauh yang saya tahu, masjid tersebut kurang populer di kalangan WNI karena mungkin tempatnya yang cenderung di bagian utara London dan bukan di pusat kota ya," kata Arihdya kepada detikcom, Selasa (20/6/2017).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hingga kini memang belum ada laporan apakah ada WNI yang turut menjadi korban atas kejadian pada Senin (19/6) dini hari tersebut. Namun Arihdya pernah dua kali salat di masjid tersebut.



Sementara itu, ada pula yang mengaitkan kegiatan di masjid tersebut dengan ekstremis Abu Hamza. Sosok yang kehilangan kedua pergelangan tangan dan mata kiri itu memang pernah mengisi ceramah di sana pada 2003.

"Kalau yang dimaksud dengan radikalisme adalah bahwa masjid itu dulu tempat Abu Hamza mengajarkan radikalisme, maka saya sendiri baru tahu siapa itu Abu Hamza. Jadi saya kurang tahu," ungkap Arihdya.

Menurutnya, jika benar masjid itu mengajarkan radikalisme, pelaku penabrakan kemarin sudah tewas jadi bulan-bulanan jemaah. Namun sebaliknya, imam Masjid Finsbury Park, Mahmoud, justru melindungi pelaku dari amukan massa.



Laporan saksi mata menyebut Mahmoud berteriak 'Jangan sentuh dia! Tidak ada seorang pun yang menyentuhnya!' sembari melindungi pelaku dari amukan massa. Beberapa orang kemudian membantu Mahmoud melindungi pelaku dari massa yang hendak menyerangnya. Hingga akhirnya polisi datang dan mengamankan Darren.

Padahal Darren sempat berteriak 'Bunuh saya! Saya ingin membunuh semua muslim!', tetapi hal itu tak membuat dia dipukuli hingga tewas. Jadi, menurut Arihdya, kurang relevan jika Masjid Finsbury Park dikaitkan dengan ajaran radikalisme.

"Kalau memang benar masjid itu mengajarkan radikalisme, kayaknya nggak mungkin imam masjid tersebut melindungi teroris dari amukan massa sebelum polisi datang," ucap dia. (bag/nvc)



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads