Medali Bergambar Pak Harto dan Petani di Tengah Sawah

Medali Bergambar Pak Harto dan Petani di Tengah Sawah

Sudrajat - detikNews
Kamis, 08 Jun 2017 14:56 WIB
Soeharto didampingi Gubernur Jawa Barat Solihin GP berfoto bersama warga Jatibarang, 7 April 1970. (Foto: Sudrajat/detikcom, repro dari buku Pak Harto untuk Indonesia)
Jakarta - Pada 14 November 1985 menjadi momen penting dalam perjalanan karier Soeharto selama menjadi Presiden. Waktu itu ia menyampaikan pidato di depan Konferensi ke-23 badan pangan dunia, FAO, di Roma, Italia.

Hal itu tak lepas dari cerita sukses Indonesia sebagai negara yang memenuhi sendiri kebutuhan berasnya. Padahal sebelumnya, Indonesia dikenal sebagai pengimpor beras terbesar di dunia. Atas prestasinya itu Dirjen FAO Edouard Saouma memberikan medali khususu untuk Soeharto.

"Medali itu bergambar Pak Harto di satu sisi, ada petani tengah menanam padi di sisi lain dengan tulisan From Rice Importer to Self Sufficiency," kata Probosutedjo dalam buku Dari Pak Harto Untuk Indonesia yang dikutip detikcom, Kamis (8/6/2017).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tentang perhatian Soeharto terhadap dunia pertanian, mantan Gubernur Jawa Barat Solihin GP mengakuinya. Pengetahuannya terhadap teknis pertanian, kata Solihin, terkadang melebihi para penyuluh pertanian di lapangan.

"Dia itu detail sekali kalau urusan teknis penanaman, pemeliharaan, panen padi. Pokoknya dia lebih tahu daripada penyuluh pertanian," tutur Solihin saat ditemui di kediamannya, kawasan Dago Bandung, beberapa waktu lalu.

Setelah beberapa tahun berhenti sebagai gubernur, hubungan Solihin dan Soeharto kembali terjalin erat saat ditugasi menjadi Sekretaris Pengendali Operasi Pembangunan (Sesdalopbang). Tugas utamanya adalah mempelopori pembangunan di daerah-daerah yang kedodoran.

Solihin mengumpulkan data daerah mana saja yang kedodoran di bidang pangan, penanggulangan penyakit menular, pendidikan, macam-macam. Dia bisa meminta bantuan para direktur jenderal dari departemen terkait.

"Biasanya saya bertemu Presiden pada pagi dan sore hari," ujar Solihin.

Selain soal swasembada beras, Soeharto juga tergolong sukses menerapkan program Keluarga Berencana guna mengendalikan pertumbuhan penduduk. Meski sempat mendapatkan tentangan dari kalangan agama, tapi hal itu tak sampai menjadi chaos seperti terjadi di sejumlah negara. Hal ini antara lain berkat pendekatan terhadap dua ormas Islam terbesar, yakni Nadlatul Ulama dan Muhammadiyah.

Pengamat ekonomi dari CSIS Pande Radja Silalahi menyebut salah satu kunci sukses penerapan KB adalah pendekatan budaya. "Penjelasan soal pentingnya ikut KB lewat pertunjukkan wayang, selain menghibur pesan-pesannya bisa diterima dengan baik oleh warga. Ini luar biasa," ujar Pande.

Di Belanda, ia melanjutkan, program KB diterapkan dengan paksaan antara lain lewat pajak. Jadi, keluarga yang punya banyak anak akan dikenakan pajak lebih tinggi. (jat/erd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads