Ya, tak heran orang lebih mengenal Kusmayadi dengan sebutan Aldo, sebab di mana ada Aldo, di situ pula ada Kusmayadi. Kemana-mana mereka selalu bersama. Kata orang juga, mereka bagai sepasang sepatu.
Kusmayadi tinggal di Rangkasbitung, sebuah kota kecamatan di Kabupaten Lebak Propinsi Banten. Sehari-harinya dia berprofesi sebagai kusir delman. Bersama si Aldo, Kusmayadi berkeliling kota Rangkasbitung setiap sore.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain Aldo, keluarga Kusmayadi memiliki lima ekor kuda lainnnya. Kuda jenis sandel lokal ini dibeli ayahnya ketika pensiun sebagai pegawai PT Pos. Penghasilan Kusmayadi sehari-hari pun tak banyak. Biasanya dia menarik ongkos untuk penumpang anak-anak sebesar Rp 5.000, dan Rp 10.000 untuk orang dewasa.
![]() |
Dalam sehari penghasilannya hanya sekitar Rp 50.000 - Rp 70.000. Tak banyak, tapi cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jika ada rezeki lebih, biasanya dia berikan kepada ibu sebagai tambahan uang belanja.
Selain berkeliling menarik delman bersama Aldo, sebenarnya Kusmayadi punya kegiatan yang rutin dijalani sejak setahun terakhir. Namanya Kuda Pustaka. Bersama Aldo, Kusmayadi masuk dan keliling kampung membawa buku-buku bacaan dari para donatur untuk anak-anak.
Kegiatan ini dilakukan seminggu sekali, dimulai pukul empat sore, karena pada saat itu biasanya anak-anak sudah pulang dari mengaji.
Biasanya, begitu melihat Kusmayadi datang bersama Aldo, anak anak dengan antusias menyambutnya. Buku buku yang Kusmayadi bawa langsung diserbu. Kalau melihat hal ini, kadang terbersit sedikit keraguan dalam benaknya, apakah benar minat baca anak Indonesia rendah?
Dari survei terhadap 61 negara, Unesco menyebutkan kalau minat baca anak Indonesia berada di urutan 60. Nomor dua dari bawah. Sebenarnya, kalau dari kacamata awam Kusmayadi, minat baca anak-anak Indonesia bukannya rendah, akan tetapi ketidakmampuan dan kurangnya akses untuk mendapatkan buku-buku lah yang menjadikan anak-anak Indonesia kurang dalam membaca.
Kusmayadi ingat, mimpi sederhana bersama Kuda Pustaka ini sebenarnya berawal dari masa kecilnya yang getir. Kusmayadi anak ketiga dari enam bersaudara. Pada saat itu, keadaan ekonomi keluarganya sangatlah sulit. Jangankan untuk membeli buku pelajaran, untuk biaya makan sehari-haripun harus prihatin.
Hanya dua kakaknya yang bisa lulus sekolah sampai Sekolah Menengah Atas, sisanya Kusmayadi dan adik-adikknya terpaksa harus putus sekolah di tengah jalan. Kala itu, SMP pun dia tak lulus.
Di usia belia itu Kusmayadi juga sempat kabur dari rumah dan menjadi anak jalanan selama hampir tujuh tahun. Saat itu hidupnya luntang lantung tak karuan di jalanan, hingga akhirnya Kusmayadi memutuskan kembali ke rumah orangtuanya karena diliputi perasaan rindu rumah.
Sejak saat itu Kusmayadi berjanji untuk tidak membuat susah orangtua. Karena tidak mempunyai keterampilan apapun, Kusmayadi memutuskan untuk menarik delman, membantu ayah.
Kusmayadi mulai diberi tanggung jawab untuk mengurus satu ekor kuda. Ya si Aldo, kuda pertamanya. Suatu ketika, saat sedang beristirahat di depan alun-alun Rangkasbitung, Kusmayadi melihat Yudi, kawan penjual kopi di depan rumah sakit sedang memberi uang cuma-cuma kepada pasien rumah sakit yang sedang membutuhkan uang, meskipun tidak ia kenal. Kusmayadi lalu membatin, Yudi yang hidupnya susah saja bisa membantu dan bermanfaat untuk orang lain, masak dia tidak bisa seperti Yudi.
Motivasinya semakin kuat untuk membuat Kuda Pustaka setelah melihat kegiatan Bapak Ridwan Sururi di Purbalingga dengan perpustakaan kuda kelilingnya. Kebetulan Kusmayadi mengenalnya lewat media sosial facebook. Akhirnya dengan tekad yang kuat, ingin bermanfaat untuk orang lain, Kusmayadi memulai gerakan Kuda Pustaka bersama Aldo.
Melalui Kuda Pustaka ini Kusmayadi kemudian banyak berkenalan dengan komunitas literasi seperti Pustaka Bergerak. Donaturpun kemudian banyak yang mengirimkan buku-buku untuk mengisi Kuda Pustaka. Kebanyakan donatur berasal dari Jakarta. Meskipun begitu, ada juga beberapa yang mengenalnya dan datang memberikan buku secara langsung.
Tidak hanya buku buku dari donatur, jika ada penghasilan tambahan, Kusmayadi kerapkali menyisakannya sedikit untuk membeli buku-buku agama atau buku tuntunan salat. Buku-buku ini juga diminati anak-anak, selain buku cerita bergambar.
Kusmayadi berharap, anak-anak yang tidak mampu untuk membeli buku-buku bacaan tak lagi bernasib sama seperti dirinya dulu. Buku bacaan bagus dan berkualitas bisa dengan mudah didapatkan dengan membaca gratis dari Kuda Pustaka miliknya.
![]() |
Selain menarik delman, Kusmayadi juga punya inovasi baru untuk para penumpang kecilnya, Kusmayadi menyediakan buku-buku bacaan selagi mereka menumpang delman. Pancaran kebahagiaan di mata anak-anak itu adalah kebahagiaan bagi Kusmayadi.
Tak hanya berkeliling dengan delman, Kusmayadi juga berjualan iket kepala dari batik khas Banten. Penghasilan dari menjual iket kepala ini lumayan bisa menambah penghasilannya.
Pada suatu hari, rejeki tak terduga datang dari donatur. Donatur itu memberikan hadiah yang tak pernah terbayangkan oleh Kusmayadi sebelumnya. Hadiah untuk berangkat umrah ke tanah suci. Kusmayadi lalu menyampaikan kabar gembira ini pada kedua orangtuanya. Atas restu mereka Kusmayadi pun berangkat. Labbaik Allahumma Labbaik, Kusmayadi datang memenuhi panggilan Allah.
Selama di Mekkkah, Kusmayadi berkesempatan mengunjungi Goa Hiro. Inilah tempat di mana Nabi Muhammmad mendapat wahyu pertama dari Allah melalui perantara malaikat Jibril.
"Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, bacalah dan Tuhanmulah yang maha pemurah, yang mengajar manusia dengan perantara kalam, Dia mengajar manusia apa yang tidak diketahuinya" (Al ALAQ 1-5).
![]() |
Perintah untuk membaca, menggali ilmu pengetahuan diperintahkan Allah sejak pertama kali wahyu ini turun kepada Nabi Muhammmad. Ilmu pengetahuan adalah pembuka selubung yang pekat. Semoga bisa mengambil hikmah dari setiap kejadian yang ada .
Setelah pulang dari Masjid Nabawi, tak sengaja Kusmayadi melewati sebuah toko buku. Penjualnya yang ramah lalu menyapa Kusmayadi. Iseng masuk kedalamnya, ternyata Kusmayadi pun menemukan buku buku Berbahasa Indonesia. Dengan uang saku yang dia punya, dia pun membeli buku ini sebagai oleh oleh untuk koleksi Kuda Pustaka-nya.
Ada satu pengalaman di Kota Nabawi yang tidak bisa dia lupa, Kusmayadi mengunjungi istal kuda. Kuda yang berada di peternakan ini adalah jenis kuda Arab, dari ukurannnya saja sudah terlihat jauh berbeda. Aldo kuda milik Kusmayadi adalah kuda sandel lokal Indonesia.
Bertempat di kaki bukit Uhud, Kusmayadi teringat perjuangan Nabi Muhammad SAW bersama para sahabatnya dalam memperjuangkan agama Allah. Kuda Arab ini adalah jenis kuda yang dulunya dipakai perang oleh Nabi. Bersifat cerdas, berani serta anggun penampilannya.
Kuda Arab memiliki kecepatan, stamina serta keuletan lebih besar, hingga cocok untuk kuda perang, Masya Allah. Tak berbeda dengan kuda di Indonesia, setiap sore kuda-kuda ini dikeluarkan dari kandang untuk berlatih berlari.
Kuda Arab mempunyai kecepatan serta ketahanan untuk menempuh jarak jauh, ia adalah salah satu kuda tertua di dunia. Kuda cantik ini juga terkenal tinggi daya tahannya, ia dapat bertahan dengan sedikit makan dan minum saja. Bahkan juga Suku Badui di Timur Tengah yang berdiam di gurun menggunakannya pada pacuan dalam jarak tempuh ratusan kilometer dalam 4 sampai lima hari. Tanpa minum, luar biasa.
![]() |
Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat untuk orang lain. Alhamdulillah Allah Maha Pemberi telah memberikan rejeki tak disangka melalui perjalanan umrah yang penuh hikmah ini bagi Kusmayadi.
Kusmayadi masih bermimpi bahwa kelak, keterbatasan yang kita miliki bukanlah suatu hambatan untuk tetap bermanfaat untuk sesama. Meski sedikit, kebaikan akan melahirkan kebaikan yang lain pula, walllahualam.
Saksikan kisah lengkap Kusmayadi dan kuda pustakanya hingga diberi hadiah umrah dalam program "Kain Ihram" di TRANS7 pada Sabtu 27 Mei 2017 pukul 06.15 WIB.
(ega/nwk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini