Berkah Minyak Jelantah

Sosok

Berkah Minyak Jelantah

20detik - detikNews
Senin, 24 Mar 2025 08:02 WIB
Jakarta -

Chevie Mawarti bergegas begitu mendengar ketukan pintu. Sore itu, ia memang sedang menanti kiriman satu jerigen minyak jelantah dari tetangganya.

Begitu minyak berpindah tangan, ia segera menyimpannya di sudut ruang kerja. Lalu, tanpa menunda lagi, ia mengenakan sarung tangan dan bersiap mengolah minyak bekas itu menjadi sabun cuci batangan dan lilin wangi.

Inilah rutinitas Chevie sejak 2018. Jika tidak sedang mengisi pelatihan daur ulang limbah, ia biasanya sibuk mengerjakan pesanan sabun dan lilin berbahan dasar minyak jelantah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Arnetta Craft, itulah jenama yang Chevie sematkan pada kreasi-kreasinya yang berfokus pada olahan limbah. Sabun cuci batangan berbentuk bunga, serta lilin wangi yang dihias sedemikian rupa adalah beberapa produk jagoannya. Di tangan Chevie, ia sulap minyak jelantah menjadi souvenir cantik dan ramah lingkungan.

Semua bermula dari kegelisahan pribadi Chevie. Ia menyadari bahwa masih banyak orang di sekitarnya yang membuang sisa minyak jelantah di bak cuci atau di permukaan tanah. Hal ini dapat menyebabkan bak cuci mampet dan terhambatnya penyerapan air di tanah.

ADVERTISEMENT

Setelah mengulik informasi di internet, Chevie pun menemukan trik orang Jepang untuk membekukan sisa minyak bekas pakai. Dari sanalah muncul ide untuk membuatnya jadi sesuatu yang bernilai lebih.

"Lihatnya orang Jepang nih, minyak jelantah itu kalau dibuang tuh mereka dibekuin. Nah, bahan pembekunya itu ternyata stearin. Stearin itu lilin nabati. Akhirnya (terpikir), kenapa dia dibuang? Kenapa kita nggak olah jadi sesuatu ya? Yang bikin jadi lilin atau apa lah," kenang Chevie di program Sosok detikcom.

Penelusuran Chevie di internet berlanjut hingga ia menemukan berbagai kreasi sisa minyak jelantah yang bisa disulap menjadi sabun cuci batangan atau lilin wangi. Tertarik, ia mulai bereksperimen. Berbekal ilmu dari internet, ia akhirnya berhasil membuat sendiri kedua produk tersebut.

Chevie pun memberikan hasil kreasinya pada ibu-ibu di sekitar rumahnya secara gratis. Lantaran terbuat dari minyak jelantah, tentu mulanya ada pihak-pihak yang meragukan produknya. Namun, justru di situlah kesempatan bagi Chevie untuk mengedukasi warga tentang bahaya limbah minyak jelantah dan cara mengolahnya menjadi sesuatu yang bermanfaat.

Tak disangka, produk Chevie digemari para warga. Sejak saat itu, Chevie pun mulai melibatkan warga dalam produksi kreasinya.

"Sabunnya saya bawa tuh, Mbak. Terus saya kasih ke mereka, saya potong-potong kecil, 'Dicobain di rumah, ya. Dipakai.' Ternyata, menurut mereka hasilnya bagus. Kalau habis, 'Bu Chevie, sabunnya bagus. Habis, mau lagi dong,' katanya. 'Ya udah, kumpulin minyak jelantahnya. Nanti saya kasih lagi.' Karena selama ini, daripada dibuang ke selokan, jadi ngerusak selokan kan. Bikin mampet. Mendingan diserahin ke saya. Nanti kita barter pakai produk," jelas Chevie.

Tak berselang lama, Chevie pun mulai berinovasi. Sabun dan lilin kreasinya mulai diperbaiki dari segi estetika, sehingga ia memiliki nilai lebih untuk dijual sebagai souvenir.

Chevie juga dibantu oleh para tetangga dalam memproduksi sabun dan lilin minyak jelantah. Kini, Arnetta Craft yang didirikannya biasa menghasilkan 300-400 buah produk setiap hari. Chevie memasarkan produknya lewat jejaring online dan pameran-pameran. Produknya pun dibanderol dengan harga terjangkau, yakni lima ribu rupiah untuk tiap batang sabun, serta 8-25 ribu rupiah untuk tiap lilin wangi.

Chevie mengaku bersyukur dengan jangkauan bisnis olahan minyak jelantahnya. Namun, memberi manfaat pada sekitar, terutama kepada sesama ibu rumah tangga, adalah kepuasan yang paling utama baginya. Chevie menyebut kegiatannya ini sebagai "sedekah ilmu".

"Saya melakukan kegiatan sedekah-sedekah ilmu, karena kan pastinya ibu itu inti dari keluarga ya. Ketika nanti ada sesuatu yang terjadi terhadap ibu-ibu, Ibu punya modal nih. Karena harus mandiri, pastinya. Nggak boleh berpangku tangan, ya. Dan mereka merespons dengan baik, Alhamdulillah. Ketika orang terinspirasi, ketika orang akhirnya mau melakukan hal yang sama dengan kita, kita jadi bahagia," ungkap Chevie.

Konsistensi Chevie dalam mengedukasi tentang lingkungan dan memberdayakan perempuan di sekitar pun berbuah manis. Pada 2019, ia mendapat nominasi penghargaan Ibu Ibukota 2019 di bidang Pengembangan Kerajinan.

Chevie mengaku bangga dengan nominasi tersebut. Namun, ia tetap mawas diri. Bagi Chevie, mendapat penghargaan hanya bonus dari ikhtiarnya dalam memberdayakan perempuan rumah tangga dan menjaga lingkungan. Chevie berharap, ia terus bisa memperluas lagi jangkauan edukasinya ke lebih banyak perempuan rumah tangga, selama yang ia bisa.

(nel/ppy)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads