Semenjak terjadi kemiringan dan dinyatakan rusak, jembatan di lintas jalan nasional itu terpaksa dibongkar. Pemerintah setempat membuat jalur alternatif. Namun, jalur tersebut sangat jauh memutar hingga mencapai 10 km.
![]() |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami membuat perahu ini untuk mempermudah para pengendara sepeda motor dari arah Banda Aceh menuju Medan dan sebaliknya," kata pemilik perahu, Murdani, ditemui detikcom, Kamis (25/5/2017).
Jembatan itu terjadi kemiringan pada Januari 2017 lalu akibat diterjang banjir. Kemudian, setelah dianalisis oleh tim dari dinas pekerjaan umum Aceh. Tingkat kemiringannya mencapai 30 persen dan harus dibongkar untuk dibuat baru.
Setelah dibongkar, Murdani berinisiatif untuk membuat perahu modifikasi untuk transportasi penyeberangan.
![]() |
"Sudah 3 lebih kita menjual jasa penyeberangan. Tarifnya murah, sekali nyeberang hanya membayar Rp 5.000 untuk sepeda motor, sedangkan orangnya nggak dipungut biaya," sebut Murdani.
Saat ini ada 12 perahu modifikasi. Satu perahu dapat mengangkut 15 hingga 20 kendaraan dalam sekali menyeberang. Semua tergantung ukuran perahunya.
"Jauh kali kalau melalui jalur alternatif. Harus memutar 8 km dan jalannya pun sebagian belum diaspal. Mendingan naik perahu aja. Lebih cepat walau khawatir sedikit kalau tiba-tiba air sungainya naik," sebut Zulkarnain, salah seorang pengendara ditemui detikcom.
Sementara Kapolres Bireun AKBP Riza Yulianto mengatakan pihaknya akan terus melakukan pemantauan di titik-titik rawan di jalur alternatif tersebut.
"Kita akan buat pos nanti. Kita kerahkan tim gabungan dan terus memantau kondisi jalan termasuk berkoordinasi dengan dinas terkait agar segara mengaspalnya apalagi menjelang mudik lebaran," kata Riza ditemui di Mapolres Bireun, Kamis (25/5/2017).
(dhn/dhn)