"Bagi PMKS sebaiknya dia tidak bertambah ke Jakarta dalam rangka musim Ramadan, itu marak," kata Masrokhan saat ditemui di kantor Dinsos DKI, Jalan Gunung Sahari II, Gunung Sahari Selatan, Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa (23/5/2017).
"Saya kira lebih baik di kampung halamannya bekerja, lebih baik itu akan lebih tepat, dibanding mengemis di Jakarta, bagi para PMKS kita, di samping ada juga gelandangan biasanya, di samping gelandangan juga ada pendatang disabilitas lainnya yang notabene pengemis," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Antisipasi yang dilakukan. Kita ada percepatan penanganan dari zona satu yang dulu ada 48 titik, zona 2 menjadi 276 titik, dan ini kita bagi menjadi lima wilayah di posisi wilayah masing-masing, misalnya Jakarta Pusat dari 8 menjadi 43 titik dan Jakarta Utara dan seterusnya gitu ya, semua mengalami penambahan titik," ucapnya.
Selain itu, titik-titik yang ditambah termasuk permukiman penduduk. Menurutnya, selain ke tempat-tempat umum, PMKS sudah merambah ke permukiman penduduk.
"Dulu permukiman tidak ada PMKS, tapi sekarang sudah terdapat PMKS. Mereka juga ke tempat-tempat umum lainnya, seperti pasar, seperti misalnya tempat-tempat pertemuan umum ini juga sudah ada PMKS," ujarnya.
"Untuk personel kita kerahkan sesuai dengan SDM 425 personel. Insyaallah ke depan akan kita kembangkan lagi, perkembangan SDM dengan antisipasi dimana satu titik dijaga dengan dua orang, antisipasinya sudah kita mulai di tahun 2017 ini," tuturnya.
Masrokhan juga mengatakan PMKS yang terjaring Dinas Sosial akan dimasukkan ke panti guna diberi assesment. Jika terbukti bukan penduduk DKI Jakarta, mereka akan segera dipulangkan ke kampung halaman atau daerah asal masing-masing. (cim/ams)











































