"Paling penting bukan soal bisa dan nggak bisa. Yang penting ada political will untuk duduk bareng. Pak Sekda harusnya membuka kesempatan untuk duduk bareng dalam mengisi tiga bulan Oktober, November, Desember. Itu pemda DKI di bawah komando Anies-Sandi setelah dilantik. Masak dia suruh bengong saja," kata Taufik di DPRD DKI Kota, Jalan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (17/5/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya kira begini, ini soal political will saja. Saran saya, segera susun RPJMD, kita nggak akan ngotot APBDP, silakan. Tapi RPJMD jangan ganggu, RPJMD 2018 milik Anies-Sandi mutlak 1.000 persen. Nggak boleh ada orang lain, itu visi-misi, ini aturan Permendagri 54/2010, aturannya begitu," kata Taufik, yang sebelumnya merupakan Wakil Ketua Timses Anies-Sandi.
Taufik meminta agar pertemuan dengan tim sinkronisasi segera dilakukan. Ia juga membantah alasan Saefullah yang mengatakan ada keterbatasan dana dalam APBD Perubahan 2017 dalam mengakomodasi program Anies-Sandi.
"2018 itu mutlak. Alasan soal duit, waduh DKI mah soal duit gampang, kok. Duitnya banyak DKI, tuh. Silpa (Sisa Lebih Perhitungan Anggaran)-nya banyak, kenapa mesti ngomong soal duit. Silpa Rp 6 atau 7 triliun buat PMP (penyertaan modal pemerintah)," katanya. (fdu/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini