Idrus meyakini beragam isu negatif atau isu miring itu tidak mempengaruhi elektabilitas partai. Hal itu karena Golkar memiliki sistem yang kuat. Contohnya pada waktu Pileg 2004. Saat itu ada kasus hukum yang menerpa Ketum Golkar, tetapi Golkar tetap menang.
"Karena ini sistemnya sudah kuat, tentu itu kekuatannya sistem dan program. Pada waktu pilkada kemarin sudah ada info itu, dan pada tahun 2004 Golkar menang pileg, ketumnya juga ada masalah, sudah ditahan dan diputus bahkan. Kami optimistis, 2004, bahkan waktu itu hiruk-pikuk politik luar biasa, tapi Bang Akbar bebas dari masalahnya dan berhasil menangkan Partai Golkar," katanya di kantor DPP Partai Golkar, Jakarta Barat, Selasa (25/4/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Idrus mencontohkan, pada waktu pilkada kemarin Golkar bahkan menjadi partai yang memenangkan dukungan terhadap 58 pasangan calon di daerah, dari total 101. Novanto dianggap sukses menjalankan konsolidasi.
"Bahkan Golkar di bawah pimpinan Setnov pada 2017 kemarin, kita pemenang pertama di 58 tempat. Dari yang kita dukung, 58 kita menang. Dari 171 target kita, lebih dari itu 2017, kalau kemarin kan 101. Kalau 2018 ada 171, 17 provinsi dan 154 kabupaten/kota, Partai Golkar siap untuk itu," ungkapnya.
"Diakui bahwa Pilkada 2017 yang lalu menempatkan Partai Golkar pemenang pertama dan terbanyak dari keseluruhan partai yang ada," pungkasnya. (imk/imk)