Belum banyak orang mengenal siapa sosok Syekh Dampu Awang. Menurut sejarah, dia adalah seorang muslim asal negara tirai bambu, China, yang hijrah ke Jawa Barat. Selain dikenal sebagai sosok panglima perang sekaligus nakhoda kapal, dia juga lihai dalam berdagang.
"Beliau ini jauh (waktunya) dari Cheng Ho," jelas Toha, pengurus Petilasan Dampo Awang, saat berbincang dengan detikcom belum lama ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Toha mengatakan, Dampu Awang kala itu dikenal sebagai pemuka agama Islam yang sangat toleran. Disebutkan visi utamanya berpanutan pada Alquran surat Al Hujarat ayat 13, yakni mensyukuri nikmat Allah SWT yang menciptakan manusia dengan aneka suku bangsa agar saling mengenal sementara kemuliaan hanya bisa dinilai oleh Allah SWT sebagai sang maha pencipta.
"Tahun 2015 saya ditugasi Abah (Rojab) untuk mencari petilasan sumur Dampu Awang. Alhamdulillah ditemukan sumur bersudut lima yang menghadap kiblat, dan tempat bermunajat Dampu Awang di sini. Kalau makamnya itu berada di Semarang," beber Toha.
![]() |
Semenjak itu Toha bersama teman-temannya membangun petilasan agar lebih layak mulai dari musala hingga tempat singgah. Ornamen hijau dan ornamen Cina seperti lampion turut menghiasi tempat yang letaknya di tengah pesawahan warga itu.
Semenjak petilasan tersebut dibuka dan diketahui masyarakat umum, banyak yang datang berkunjung. Mereka banyak datang untuk mengambil air sumur yang unik karena sangat bersih dari air sungai yang berada di sampingnya. Selain itu posisinya yang berada 'di atas' sungai juga menjadi keanehan tersendiri dari sumur tersebut.
"Waktu pertama dibangun banyak warga yang mencuri batu bata di tempat bermunajat Dampu Awang. Tapi mereka sekarang kapok karena setiap orang yang mencuri pasti kecelakaan atau sakit lalu mati," ucapnya.
Saat ini petilasan tersebut semakin ramai dikunjungi setelah masyarakat mengetahui keberadaan Mbah Fanani yang pindah dari Dieng. Wonosobo. Tak kurang dari 1.000 orang datang baik untuk berwisata religi hingga sengaja untuk sekedar bersalaman dengan Mbah Fanani.
"Salah satu tujuan saya mencari dan menemukan berbagai petilasan karena seharusnya pemerintah peka. Karena ini adalah peninggalan nenek moyang yang seharusnya dilestarikan sebagai bagian cagar budaya," pungkas Toha.
![]() |
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini