Target sampel 550 responden, dengan margin of error sebesar +/- 4,2% dan tingkat kepercayaan 95%. Sampel dipilih secara random dengan teknik multistage random sampling dan proporsional atas populasi kotamadya dan gender. Quality control dilakukan terhadap 20% sampel yang ada.
Direktur Eksekutif Median Rico Marbun mengatakan survei ini didanai secara mandiri oleh Media Survei Nasional. "Hasil survei menunjukkan dinamika politik yang terjadi selama masa pengambilan data," kata Rico melalui keterangan tertulis, Sabtu (15/4/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Melihat gap suara yang hanya 1,9 persen dan margin of error survei 4,2 persen, agak sulit secara statistik untuk menentukan pemenang saat ini," kata Rico.
Elektabilitas kedua pasang kandidat mengalami perubahan jika dilihat dari hasil survei Median yang dirilis pada Senin, 10 April lalu. Survei yang dirilis pada Senin itu bertajuk 'Paradoks Perilaku Pemilih Pilgub DKI 2017: Adu Kuat Pemilih Rasional vs Pemilih Emosional'.
Survei dilakukan oleh Median pada 1-6 April 2017 dengan 1.200 responden. Sampel dipilih secara random dengan teknik multistage random sampling. Margin of error 2,9% dengan tingkat kepercayaan 95%.
Hasilnya, elektabilitas Anies-Sandi sebesar 49,8%, sedangkan elektabilitas Ahok-Djarot 43,5%. Sebanyak 6,7% responden tidak menjawab. Median mencatat elektabilitas Anies-Sandi naik 3,5%, sedangkan Ahok-Djarot naik 3,8% dibanding pada Februari 2017.
Baca juga: Survei Median: Warga Puas Kinerja Ahok, tapi Pilih Anies
Lalu apa yang membuat elektabilitas Ahok naik dalam waktu singkat?
"Pasangan Ahok-Djarot dianggap lebih unggul dalam debat kedua pada 12 April lalu," tutur Rico.
Menurut Rico, secara teritori, tim sukses Ahok-Djarot berhasil memperkecil gap di basis Anies-Sandi. Khususnya di Jakarta Timur dan Selatan. (erd/nkn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini