"Kita ingin mengubah mindset sopir angkot itu dari pengejar setoran menjadi berbasis pada standar pelayanan minimum (SPM). Melalui TransJ sebagai perusahaan layanan angkutan umum berbasis SPM," ujar Wakil Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Sigit Widjadmoko melalui sambungan telepon, Rabu (5/4/2017).
Sigit mengatakan sopir-sopir itu akan diberi subsidi public service obligation (PSO) dari TransJ sebesar Rp 206.060. Angka tersebut untuk menutupi biaya operasional harian kendaraan atau cost recovery.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sigit menambahkan, sebagai peningkatan kualitas pelayanan, sopir juga akan diberi pelatihan sumber daya manusia (SDM). Dia mengatakan aspek attitude atau sikap sopir masuk evaluasi.
"Kemarin itu memang ada (pelatihan), tapi learning by doing ya. Intinya, untuk mencapai SPM yang memuaskan," kata Sigit.
Soal harapan sopir KWK terintegrasi TransJ digaji tetap, Sigit mengatakan harus ada pemantapan level of service lebih dulu. Dari hasil monitoring Dishub selama tiga hari layanan ini berjalan, belum terlihat penguraian kemacetan atau perbaikan kondisi lalu lintas yang berarti.
"Saat ini tampak belum ada mengurai kondisi kemacetan. Tapi dengan penyediaan transportasi yang mengumpan ke TransJ ini nantinya berangsur-angsur bisa mengatasi kemacetan pastinya," ucap Sigit.
KWK terintegrasi TransJ saat ini beroperasi pada jam sibuk pukul 05.00-09.00 dan 16.00-20.00. Selain jam yang sudah ditentukan tersebut, sopir angkot masih menarik penumpang di luar kerja sama dengan TransJ. (ams/ams)