"Saya melihat memang ada beberapa venue yang dibangun dan dikebut. Tapi ini kembali lagi, sistem kayak sistem Roro Jonggrang, sistem Bandung Bondowoso, sistem Sangkuriang," kata Sandiaga di Posko Pemenangan Anies-Sandi, Jalan Cicurug, Jakarta Pusat, Jumat (24/2/2017).
"Jadi kita waktu sekolah mau ujian hajar 'SKS' (sistem kebut semalam)-nya. Kayak sistem presistem, mau ujiannya besok. Baru belajar ini akhirnya nggak optimal," sambutnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya baru pulang dari Tokyo, ini intermezzo. Tapi ini relevan banget buat kita. Saya melihat, begitu saya mendarat, sekitar 2-3 hari saya ke sana. Dan saya agak khawatir, karena Jakarta itu akan menjadi host dari Asian Games 2018," ujar cawagub nomor urut 3 itu.
Jika dibandingkan dengan Tokyo, kesiapan di kota tersebut sudah hampir menyeluruh. Mulai dari atlet, venue, hingga sejumlah infrastruktur.
"Saya melihat Tokyo itu penuh dengan planning. Ada beberapa venue yang dia hadirkan dengan sustainablity-nya. Dan yang paling penting SDM-nya. Semua warga Tokyo bersiap-siap dan sudah dilatih untuk menjadi duta-duta, selain itu atlet, dan penonton yang datang ke Tokyo," ungkapnya.
Kontras dengan pernyataan Sandiaga, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengaku optimistis proyek pembangunan venue untuk Asian Games tepat waktu.
"Bagi saya, yang penting semua sesuai jadwal. Yang menang lelang juga kontraktor yang bermutu. Wijaya Karya ini BUMN yang baik, yang bagus, aman sudah kita. Daripada yang menang abal-abal, ngeri saya," ujar Ahok saat meninjau Jakarta International Equestrian Park Pulomas (JIEPP), Jakarta Timur, Jumat (24/2). (nkn/erd)