"Untuk menjadi bangsa yang lebih maju, kita harus berpegang pada jati diri kita. Bangsa yang besar tapi berpijak pada jati dirinya, itu yang terbaik," kata Mangindaan.
Jati diri yang pertama, kata Mangindaan, adalah idelogi Pancasila. "Pegang itu, dan jangan pakai ideologi lain," katanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ketiga, ingat kita adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan itu sudah final. Dari Sabang hingga Merauke sudah bersatu," katanya.
Keempat, Bhinneka Tunggal Ika. Bangsa yang besar kalau dia menghormati kemajemukan, kata Mangindaan, tidak boleh ada sekat-sekat di antara kita. Satu untuk semua, semua untuk satu.
"Saya kira itu yang paling penting untuk kita dalam membangun bangsa ini. Marilah kita pelihara jati diri ini maka kita akan maju," katanya.
Mangindaan juga mengungkapkan, untuk membangun bangsa ini tidaklah mudah. Ada banyak godaan dan tantangan yang kita hadapi, baik internal maupun eksternal atau global.
"Salah satu tantangan internal yang kita hadapi adalah nilai-nilai agama dan nilai-nilai budaya belum dijadikan etik moral dalam berbangsa dan bernegara, sehingga banyak sekali terjadi pelanggaran hukum," katanya.
Mangindaan juga mengingatkan bahwa akhir-akhir ini Indonesia menghadapi tantangan menyebarnya berita-berita hoax alias bohong. "Hendaknya kita jangan sampai terpecah belah-belah gara-gara hoax ini," katanya.
Kegiatan Talkshow Indonesia Bergerak itu diselenggarakan oleh Pemuda GPIB Paulus. Acara ini diikuti sekitar 150 orang pemuda berasal dari GPIB Paulus tingkat Sinodal se-Indonesia.
Pembicara lainnya, dari kalangan publik figur, yakni musisi Barry Likumahua, aktivis yang juga seniman Melanie Subono, atlet basket Mario Gerungan dan dipandu oleh Moderator Timoti Marbun. (jor/nvl)