"Saya meraih juara Olimpiade Kimia sewaktu SMA 2 Tinggi Moncong, Makassar," kata Anca kepada detikcom di kantin Nagoya University, Nagoya, Jepang, Jumat (17/2/2017) dalam sela-sela acara kunjungan riset dari ahli hukum Indonesia dan Kemenkum HAM ke kampus tersebut.
Anca, yang kini menjalani studi doktoral di Nagoya University, sudah cas-cis-cus berbahasa Jepang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kesulitan atau kendala paling utama adalah bahasa," ucap Anca.
Sebab, seluruh literatur pendidikan di Nagoya University berbahasa Jepang dan berhuruf kanji. Oleh sebab itu, pada tahun-tahun pertama, Anca khusus mengikuti sekolah bahasa Jepang, sebelum masuk kuliah mengambil fakultas teknik.
"Karena Jepang kan terkenal dengan teknologi dan sainsnya," tutur Anca memberikan alasan memilih Jepang sebagai tempat kuliah.
Alasan Anca bukannya tanpa bukti. Hal itu terlihat dari 13 Hadiah Nobel yang diraih Jepang, 6 peraih di antaranya berasal dari Nagoya University. Setelah kelas bahasa dilalui, Anca langsung mendapatkan beasiswa S1, S2, dan S3 sekaligus. Tetapi tetap dengan syarat ketat, yaitu dievaluasi per strata dengan syarat IPK yang cukup ketat.
"Riset saya terakhir tentang nanopartikel," ujar Anca, yang sedang menempuh program doktor sejak 2016.
Seluruh biaya pendidikan ditanggung pemerintah Jepang. Anak guru SMA itu juga diberi kesempatan bekerja paruh waktu maksimal 28 jam seminggu. Tapi Anca mengaku, tanpa kerja paruh waktu, uang saku dari beasiswanya sudah cukup untuk menjalani studi di Nagoya, termasuk menyisihkan buat beli tiket pulang kampung. Biaya buku, riset, hingga biaya hidup sudah ditanggung pemerintah Negeri Matahari Terbit.
"Kalau biaya hidup di sini sekitar Rp 10 juta per bulan," ucap Anca berbagi pengalaman.
Dengan catatan prestasi di atas, masa depan Anca sudah di tangan. Apalagi Anca memiliki kelebihan bisa berbahasa Indonesia dan banyak perusahaan Jepang berinvestasi di Indonesia.
"Mulai sekarang, saya mulai mencari-cari pekerjaan," kata Anca.
Anca mempunyai pesan kepada anak-anak SMA di Indonesia, yaitu jangan takut mengambil kuliah di Jepang. Sebab, tren kuliah lulusan SMA di Indonesia adalah, bila tidak ke Eropa, AS atau Australia.
"Kalau kendala bahasa, bisa dipelajari," pungkas Anca berbagi tips. (asp/nwk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini