"Itu urusannya pak polisi, nanti yang mengusut kebenarannya. Kalau itu benar, ya harus jelas diselidiki," kata Ketua PWNU Jatim KH Mutawakilallah kepada wartawan seusai acara Silaturahmi PWNU Jatim di kantor PWNU Jatim, Jalan Masjid Al Akbar, Surabaya, Jumat (10/2/2017).
Ia menerangkan konsensus dari para pendiri bangsa, termasuk dari para ulama, dengan Pancasila sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, merupakan konsensus RI. Dia menjelaskan siapa pun yang hendak hidup di bumi pertiwi ini harus percaya adanya Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan keyakinan masing-masing.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengasuh Pondok Pesantren Zainul Hasan, Genggong, Kabupaten Probolinggo, ini menilai penyebaran palu-arit ke tengah masyarakat terkait dengan pertarungan negara-negara besar dalam berkompetisi global.
"Ini dapat mengganggu stabilitas keamanan nasional dan dapat merapuhkan ketahanan nasional. Ini harus diwaspadai," jelasnya.
Kapolda Sebut Gambar Palu-Arit Sebagai Bentuk Adu Domba
Kepala Kepolisian Daerah Jawa Timur Irjen Machfud Arifin menduga, penyebaran gambar palu-arit (simbol PKI) yang ditemukan di Pamekasan, Madura, ada upaya adu domba antara aparat dengan aparat dan masyarakat.
"Indonesia ini sangat besar dan sudah disepakati bersama rakyat Indonesia menolak adanya PKI," kata Irjen Pol Machfud Arifin di lokasi yang sama.
"Itu ada upaya ado domba, mungkin bisa antara aparat dengan aparat dengan masyarakat," tuturnya.
Dia juga menilai ada ingin yang memperkeruh suasana di Madura. Apalagi saat adanya temuan gambar palu-arit di Pamekasan bersamaan harinya dengan kehadiran Rois Aam PBNU yang juga Ketua MUI Pusat KH Ma'ruf Amin di Sampang.
"Pada saat ada kiai Ma'ruf Amin ke sana (Madura) kok ada itu," tuturnya.
Machfud menegaskan, sampai saat ini kepolisian masih terus menyelidiki temuan gambar palu-arit. "Masih lidik. Saya belum dapat laporan dari bawah," tandasnya. (roi/rvk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini