Kisah Tragis 3 Mapala UII yang Berujung Maut di Lawu

Kisah Tragis 3 Mapala UII yang Berujung Maut di Lawu

Hestiana Dharmastuti - detikNews
Rabu, 25 Jan 2017 11:50 WIB
Kisah Tragis 3 Mapala UII yang Berujung Maut di Lawu
Foto: Ilustrasi: Mindra Purnomo
Jakarta - Syaits Asyam (19), Muhammad Fadli (19) dan Ilham Nurfadmi Listia Adi (20) tewas usai mengikuti Diklatsar The Grand Camping (TGC) yang digelar Mapala Universitas Islam Indonesia (UII). Cita-cita mereka pun kandas di lereng Gunung Lawu, ini kisahnya:

Tiga mahasiswa UII itu awalnya mengikuti kegiatan TGC di lereng selatan Gunung Lawu di Desa Gondosuli, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, pada 13-20 Januari 2017. Total peserta diksar ada 37 mahasiswa dari berbagai fakultas di UII. Sebanyak 34 peserta laki-laki dan 3 orang perempuan.

Kondisi Asyam, Fadli dan Ilham yang berangkat segar bugar berubah 180 derajat selepas mengikuti pelatihan itu. Mereka dibawa ke rumah sakit untuk menjalani perawatan karena kondisinya sungguh memprihatinkan. Kabar ini akhirnya sampai ke telinga keluarga para mahasiswa nan malang ini. Bagai disambar geledek, keluarga terpukul melihat kondisi 3 mahasiswa yang menggenaskan.
3 Mahasiswa tewas usai mengikuti kegiatan Diksar Mapala UII.3 Mahasiswa tewas usai mengikuti kegiatan Diksar Mapala UII. Foto: Ilustrasi: Mindra Purnomo


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kepada keluarga, tim dokter mengatakan Asyam mengalami patah tulang di tubuhnya. Dalam kondisi tidak berdaya, Asyam sempat menceritakan peristiwa penganiayaan dan menyebut nama pelaku kepada Ibundanya, Sri Handayani (47). Asyam juga menyampaikan ingin mundur saat Diksar. Teman Asyam, Abyan yang juga jadi korban penganiayaan menyebut Arsyam justru makin dihukum saat meminta mundur. Juara Olimpiade Kimia ini akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya.

Sementara itu, Kepala Bagian Humas dan Marketing RS Bethesda Nur Sukawati mengatakan Ilham mengalami pendarahan hebat sebelum meninggal dunia. Petugas IGD menemukan sejumlah luka di tubuh Ilham yang tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Hukum angkatan 2015 asal Lombok NTB ini. Demikian pula dengan Fadli, mahasiswa Teknik Elektro angkatan 2015 asal Batam yang juga diduga mengalami kekerasan hingga akhirnya meninggal dunia.

Selain 3 mahasiswa tewas, 5 mahasiswa peserta Diksar masih dirawat di rumah sakit. Tewasnya 3 mahasiswa ini membongkar aksi kekerasan di tubuh Mapala UII. Tim investigasi internal UII lalu bergerak dan menemukan adanya dugaan kekerasan.

UII menghentikan sementara kegiatan di luar kampus. UII menegaskan tidak ada keterlibatan pihak luar dalam kegiatan diksar. Panitia Mapala UII juga dilarang pergi ke luar kota. Bagi para pelaku penganiayaan, UII berjanji akan mengeluarkan mereka dari kampus.

Selain investigasi internal, aparat dari Polres Karanganyar sudah mendatangi kampus UII untuk mengumpulkan informasi guna mengusut kasus ini. Demikian pula Ombudsman RI Perwakilan DIY juga turun tangan mengawal kasus meninggalnya tiga mahasiswa ini hingga tuntas.


Berikut 3 kisah tragis itu:

Pesan Terakhir Asyam Si Juara Olimpiade Kimia

Foto: Ilustrasi: Mindra Purnomo
Sri Handayani (47), ibunda (21), sempat berkomunikasi dengan putranya untuk terakhir kali. Dalam kesempatan itu, Handayani bertanya apa dan siapa yang menyebabkan mahasiswa UII tersebut tergolek tak berdaya.

"Dia (Asyam) cerita kronologinya dan saya catat di kertas. Asyam cerita kalau punggungnya disabeti pakai rotan, lehernya berat karena membawa air terlalu banyak, punggung dipukuli 10 kali, diinjak. Dia bilang sakit," kata Sri kepada wartawan di rumahnya di Kelurahan Caturharjo, Kecamatan Sleman, Kabupaten Sleman, Senin (23/1/2017).

Handayani berusaha tegar dan bertanya, kemudian mencatat setiap jawaban Asyam di selembar kertas atas saran seorang dokter. Asyam, kata Handayani, juga berusaha menjawab, meski kondisinya sangat lemah.

"Saya tanya, (dipukuli) siapa? Lalu Asyam sebut nama Yudi," imbuhnya.

Asyam, menurut Handayani, mengaku sudah menyampaikan keinginannya mundur dari kegiatan Diksar. Namun, ditolak panitia. Hal yang sama juga disampaikan rekan Asyam, Abyan. Mahasiswa yang juga jadi korban penganiayaan ini menyebut Asyam justru makin dihukum saat meminta mundur dari kegiatan itu.

Semasa hidupnya, Asyam memiliki banyak prestasi, salah satunya pemenang Olimpiade Kimia di Belanda. Atas prestasi-prestasinya itu, Asyam diundang ke Istana oleh Presiden Joko Widodo tahun 2014 yang lalu. "Jadi dia diundang ke Jakarta oleh Pak Jokowi sebagai anak yang berprestasi," cerita Handayani.

Namun semua tinggal kenangan, tim dokter mengatakan Asyam meninggal akibat mengalami patah tulang di beberapa bagian tubuhnya.

Derita Ilham yang Dipukul dan Dipecut

Foto: Syafi'i ayah Ilham (alm) dan Rektor UII Harsoyo (Sukma Indah Permana/detikcom)
Ilham menjadi peserta ketiga yang meninggal dunia setelah mengikuti kegiatan diksar Mapala UII. Kepada tantenya, Ilham mengaku dipukuli, ditendang, dan dipecut saat menjalani diksar.

"Hanya cerita dia dipukul, diinjak, sama dipecut. Habis itu nggak cerita apa-apa lagi sama saya," cerita tante Ilham, Siti Munawarah (47).

Selain itu, RS Bethesda Yogyakarta menjelaskan kondisi terakhir Ilham sebelum meninggal. Di saat-saat terakhirnya, Ilham mengalami pendarahan hebat.

Kepala Bagian Humas dan Marketing RS Bethesda Nur Sukawati menjelaskan, awalnya Ilham dibawa ke IGD RS Bethesda pada Senin (23/1) pukul 09.39 WIB "Informasi dari temannya, (Ilham) jatuh di kamar mandi kemudian pingsan dan dibawa ke rumah sakit," ujar Nuri.

Saat tiba di IGD, Nuri menceritakan, kondisi Ilham pucat, ada luka dan mengeluh mulas. Petugas IGD kemudian menemukan ada luka-luka di tangan, kaki dan kuku jempol kanan hampir lepas. "(Ilham) kemudian diinfus dan menunggu hasil pemeriksaan laborat (HB dan lain-lain)," imbuh Nuri.

Ilham kemudian dimasukkan ke ruangan VI untuk mendapatkan perawatan intensif pada pukul 13.30 WIB. "Di ruang VI pukul 15.00 WIB, Ilham berak darah karena trauma abdomen. Jam 16.00 WIB milena, dan sempat ditranfusi 1 botol darah," tuturnya.

Kemudian Ilham dikirim ke ICU pada pukul 19.30 WIB dengan diagnosa dokter hematosisia, anemia dan vulnus laceratum. Dengan kondisi tensi Ilham saat itu 80/40 dan nadi 123."Kondisi pasien menurun terus, kemudian meninggal jam 23.20 WIB," tutur Nuri.

Orang tua Ilham, Syafii, menyesalkan kejadian itu. Keluarga meminta kasus ini diusut tuntas dan pelaku diproses hukum. "Bubarkan saja itu (Mapala UII), Pak. Dari awal saya sudah tidak setuju anak saya ikut di sana. Saya menyekolahkan anak saya di UII agar anak saya menjadi saleh dan berguna, bukan seperti ini," kata Syafi'i kepada Rektor UII Harsoyo.

Langkah UII Bongkar Kekerasan di Mapala

Foto: Jumpa pers di UII (Bagus-detikcom)
UII membentuk tim investigasi untuk menelusuri fakta di balik tewasnya tiga mahasiswa peserta pendidikan dasar Mapala di Lereng Gunung Lawu. Kegiatan di luar kampus juga dihentikan sementara.

Berdasarkan hasil temuan awal dari tim investigasi internal UII yang telah bekerja sejak 21 Januari 2017, lanjut Harsoyo, terdapat dugaan kekerasan yang dilakukan oleh oknum tertentu selama pelaksanaan kegiatan TGC. Temuan itu didasari pengakuan peserta yang tidak mau disebutkan identitasnya.

"UII menyerahkan sepenuhnya segala proses penyelidikan dalam ranah hukum kepada pihak kepolisian yang berwenang. Dalam hal ini pula UII berkomitmen untuk mendukung penegakan hukum dan siap membantu melancarkan jalannya penyelidikan pihak yang berwenang," kata Rektor UII Dr Harsoyo MSc.

UII juga akan mengeluarkan mahasiswa yang terbukti sebagai pelaku kekerasan. "Apabila terbukti, maka pihak yang melakukan kekerasan akan ditindak tegas sesuai dengan aturan kedisiplinan mahasiswa yang berlaku di UII. Jika pelanggarannya berat, kita keluarkan dari UII," ujar Harsoyo.

Panitia Mapala UII juga dilarang pergi ke luar kota demi kelancaran pemeriksaan kasus ini.

Halaman 2 dari 4
(aan/fdn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads