Kakak Korban Diksar Mapala UII: Saya Tak Mau Ada Asyam-Asyam Lain

Kakak Korban Diksar Mapala UII: Saya Tak Mau Ada Asyam-Asyam Lain

Sukma Indah Permana - detikNews
Selasa, 24 Jan 2017 17:06 WIB
Ilustrasi (Mindra Purnomo/detikcom)
Yogyakarta - Salah seorang korban luka akibat pendidikan dasar (diksar) Mapala Unisi Universitas Islam Indonesia (UII), Abyan Razaki (19), masih dirawat di Jogja International Hospital (JIH). Sang kakak, Raihan Aflah (20), bercerita tentang awal keikutsertaan Abyan di diksar The Great Camping (TGC).

"Saya yang menandatangani izin mengikuti kegiatan itu. Tapi saya tidak diberi tahu soal keadaan Abyan yang sakit saat pulang dari sana (Gunung Lawu), padahal ada nomor HP saya di situ," ujar Raihan kepada wartawan di RS JIH, Ring Road Utara, Sleman, Selasa (24/1/2017).

Di dalam surat tersebut, kata Raihan, terdapat pernyataan bahwa pihaknya tidak akan menuntut jika ada kerugian baik mental maupun fisik. Surat tersebut ditandatangani dengan meterai Rp 6.000.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tapi saya tidak menyangka akan seekstrem ini. Teman-teman saya juga banyak yang mapala dari berbagai kampus. Indonesia kan negara hukum. Saya tidak mau ada Asyam-Asyam lainnya," tegas Raihan.

Abyan pulang ke tempat kosnya dari Gunung Lawu pada Sabtu (21/1) sekitar pukul 06.00 WIB dengan diantar seorang temannya. Raihan mengungkapkan yang mengantarkan pulang adiknya bukan anggota mapala atau panitia.

"Yang antar pulang teman dekatnya ke kos," imbuhnya.

Raihan mengaku terkejut dengan kondisi adiknya saat itu yang sangat kurus, kotor, dan penuh luka. Awalnya dia hanya menyuruh Abyan beristirahat.

Kecurigaannya muncul saat sang adik bahkan tidak bisa melepas celananya sendiri. Hingga agak siang, Abyan semakin lemah.

Mahasiswa Jurusan Teknik Kimia UII angkatan 2015 itu hanya bisa berbaring dan menggigil. Raihan langsung berinisiatif membawa Abyan ke RS JIH sekitar pukul 11.00 WIB.

"Tadinya sama rumah sakit diminta rawat jalan saja. Tapi, daripada di kos, lebih baik di rumah sakit saja, bisa dikontrol," urainya.

Hingga siang harinya, Abyan menangis saat mendapat kabar bahwa sahabatnya Syaits Asyam (21) meninggal dunia. Abyan, yang saat itu sedang dirawat, harus melepaskan selang infusnya agar bisa bertemu dengan Asyam untuk terakhir kalinya.

"Saya izin ke dokter dan mengurus administrasi agar Abyan bisa ke rumah Asyam. Asyam sangat dekat dengan Abyan. Asyam sudah seperti adik saya sendiri," kata Raihan seraya mengatakan Asyam menginap di tempat kos Abyan sebelum berangkat bersama mengikuti kegiatan TGC.

Kondisi Abyan hingga saat ini terus membaik. Diagnosis dokter sementara, kata Raihan, Abyan diketahui mengidap bronkitis serta mengalami infeksi di ginjal dan infeksi di kedua jempol kakinya.

Untuk itu, Abyan hari ini menjalani operasi untuk menangani infeksi di kedua jempol kakinya. "Sekarang sedang puasa, nanti akan operasi infeksi di dua kakinya," imbuhnya.

Raihan mengaku tak bisa bercerita banyak karena dia sudah memberi keterangan kepada kepolisian terkait kasus kematian Asyam. Namun Raihan memastikan adanya kontak fisik dari senior Abyan.

"Kontak fisik memang ada. Dan sepertinya lebih dari satu orang," kata Raihan. (sip/idh)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads