"Sepertinya Muara Angke nggak bisa ditangani parsial. Itu intinya," kata Sumarsono di Balai Kota, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Senin (10/1/2017).
Pria yang akrab disapa Soni ini baru saja menggelar rapat selama sekitar dua jam dengan Wali Kota Jakarta Utara, Jakarta Barat, Bupati Kepulauan Seribu, Kepala Dinas Perhubungan, dan para staf. Rapat itu antara lain membahas banjir rob di Muara Angke yang disebabkan tanggul jebol sejak Mei 2016.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Intinya, butuh sebuah intervensi berupa program pengembangan kawasan terpadu pelabuhan," kata Soni.
Dia perkirakan pengembangan kawasan pelabuhan terpadu ini akan selesai dalam dua tahun ke depan. Pemprov DKI telah mengurus pendelegasian kewenangan dari Kementerian Perhubungan ke Dinas Perhubungan DKI untuk mengelola kawasan itu.
"Nah sekarang kita sudah firm, sudah selesai, pede (percaya diri) untuk menata Muara Angke. Kira-kira itu yang penting," kata Soni.
Dia tak melihat penggempuran permukiman dan relokasi warga sebagai solusi, melainkan lebih memandang penataan kawasan untuk membenahi keadaan. Untuk mengatasi banjir rob, tanggul dibangun tahun ini. Ini adalah solusi yang harus segera direalisasi.
"Kita sudah membangun semacam tanggul, mulainya itu 2017. Sebenarnya air dari laut ke mana arahnya, itu kan nggak jelas. Maka itu akan dibangun saluran sekaligus tanggul. Minimal 2017 kita selesaikan," kata dia.
Anggaran sudah ada. Selain tanggul, saluran air harus dibangun. Air yang masuk ke daratan tidak boleh dibiarkan tersebar ke segala arah.
"Saya lihat di kali airnya memang nggak ada. Jadi airnya ke mana-mana, liar. Itu harus diarahkan dan dikendalikan," kata Soni.
(dnu/fjp)