Kepada detikcom, akhir pekan lalu, Alif menceritakan pengalaman pahit kehilangan anak pada 2012. Alif enggan menyebut nama putra keduanya yang meninggal akibat hydrocephalus itu.
"Anak saya dua, meninggal satu ketika usianya 1 tahun," ujar Alif.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Saat itulah bantuan datang tidak terduga dari banyak orang. Ada yang datang menyampaikan informasi pengobatan alternatif, ada yang memberikan sedekah berupa uang. Sedekah yang masuk kebanyakan dari orang tidak dikenal dan tidak disebutkan identitasnya.
"Ada orang tiba-tiba datang memberi bantuan. Ada yang ngasih uang, tidak tahu namanya yang memberi," pungkas Alif.
Berbagai bantuan itu tetap tidak bisa menolong nyawa putranya. Meski demikian, kini hati Alif tergerak untuk terus menolong sesama, termasuk membantu menyalurkan sedekah dari orang-orang yang tidak mau disebutkan namanya.
"Makanya saya ingin ngasih orang yang orang tidak tahu dari siapa," katanya.
Alif dan temannya kemudian melakukan hal serupa, membantu orang-orang yang diabaikan. Tiap Jumat, mereka berkeliling Kendal dan memberikan nasi bungkus kepada petugas kebersihan, pengemis, gelandangan, pengayuh becak, bahkan orang gila. Seiring dengan waktu, kegiatan itu menjadi komunitas dan beraktivitas hingga saat ini.
Kini, Alif dan temannya tak hanya merogoh kocek sendiri, tapi juga dibantu orang lain. Donasi bisa berupa makanan, uang, atau bahkan pakaian bekas. Pakaian pantas pakai dijual di Alun-alun Kendal ketika car free day. Meski dijual, ada pakaian yang diberikan cuma-cuma.
![]() |
"Bayar seikhlasnya, kalau nggak punya uang ya tidak usah bayar," kata Alif.
Koordinator Sedekaholic, Eddie Prayitno, mengaku selalu memperbarui kegiatan dengan men-gupload foto di grup Facebook. Bukan untuk pamer, namun ia berharap bisa menularkan keinginan sedekah sekaligus laporan bagi orang-orang yang sudah menyisihkan uangnya untuk berpartisipasi.
"Ini bukan untuk pamer, tapi mengajak. Saya pernah upload di grup lain, di-bully, katanya 'kok dipamerkan'. Saya tidak jawab, tapi dijawab orang lain. Saya berpikiran kita harus punya rumah sendiri, makanya saya buat grup," kata Eddie.
Bagi Alif dan Eddie, tidak penting soal persepsi orang. Mereka akan tetap berbagi. Juga mengajak orang lain peduli bahwa ada banyak orang yang tak bisa hidup layak. Bahkan untuk makan sehari-hari pun sulit.
![]() |
(alg/try)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini