Cerita soal Penumpang Bandel dan Fasilitas Minim Kapal Pulau Seribu

Cerita soal Penumpang Bandel dan Fasilitas Minim Kapal Pulau Seribu

Haris Fadhil - detikNews
Senin, 09 Jan 2017 18:31 WIB
Penumpang berfoto di bagian depan kapal Dolphin Express (Haris/detikcom)
Jakarta - Pascakebakaran kapal penyeberangan ke Kepulauan Seribu, KM Zahro, yang terjadi pada Minggu (1/1) lalu, terjadi pengetatan peraturan oleh pemerintah. Menurut pemilik kapal, pengetatan peraturan keselamatan sudah dilakukan dari dulu, namun banyak juga nakhoda yang cuek dan penumpang yang susah diatur.

Pemilik kapal Dolphin Express, Musli, menjelaskan sejak awal sudah ada regulasi yang ketat oleh pemerintah tentang pelayaran ke Kepulauan Seribu.

"Sebenarnya dari dulu sudah ada pengetatan oleh pemerintah, khususnya Dishub dan lainnya, yang berkaitan dengan keselamatan angkutan laut. Setelah kejadian, makin diketatkan lagi," kata Musli (32) di perjalanan dari Pulau Pramuka menuju Pelabuhan Kali Adem, Muara Angke, Jakarta Utara, Senin (9/1/2017).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemilik Kapal: Peraturan Keselamatan dari Dulu Sudah KetatSuasana kapal Dolphin Express (Haris/detikcom)


Musli menjelaskan sejak dulu para pemilik kapal telah menyesuaikan jumlah penumpang dengan alat keselamatan. Namun ia juga tidak memungkiri manifes penumpang kapal sering menjadi masalah.

"Karena ini kapal tradisional, dana terbatas. Jadi akhirnya kita kurangi jumlah penumpang sesuai dengan alat keselamatan," jelas Musli.

Pemilik Kapal: Peraturan Keselamatan dari Dulu Sudah KetatSuasana kapal Dolphin Express (Haris/detikcom)


"Manifes itu yang mulai menurun nggak begitu diperhatikan. Dan petugas juga kewalahan, terutama kalau libur, banyak sekali penumpang tidak terawasi," imbuhnya.

Dia mengatakan, sejak kejadian kebakaran KM Zahro, pemerintah makin memperketat peraturan, khususnya alat keselamatan dan surat-surat kelengkapan kapal. Musli menyatakan sudah melengkapi seluruh surat dan alat keselamatan kapal.

"Manifes, alat keselamatan, dan surat-surat kelengkapan kapal serta nakhoda sekarang makin diteliti. Dan kita sudah lengkap ya. Sejak awal kapasitas kita yang diizinkan itu 160 orang. Kalau pelampung sampai 300 lebih di kapal selalu kita bawa," ucapnya.

Musli turut mengeluhkan adanya penurunan jumlah penumpang setelah kebakaran tersebut. Ia berharap, ke depannya akan ada pengelolaan yang lebih baik.

"Penurunan pasti ada. Masyarakat kan kalau ada satu kejadian biasanya takut dan imbasnya ke kita. Ya saya berharapnya ada perbaikan pengelolaan terutama di pelabuhan biar wisatawan juga makin nyaman," ungkapnya.

Penumpang Ogah Pakai Life Jacket karena Cuaca Panas

Meski sudah ada alat keselamatan seperti jaket pelampung, penumpang tetap enggan menggunakannya. Pantauan selama pelayaran ini, terlihat beberapa penumpang enggan menggunakan jaket pelampung.

Musli mengungkapkan selama ini ada berbagai alasan, mulai gerah hingga yakin bisa berenang, yang diucapkan penumpang saat diminta memakai jaket pelampung.

"Kadang ya begitu, bilangnya enggak nyaman. Ada juga bilangnya bisa berenang," ujar Musli.

Salah satu penumpang, Rangga, mengungkapkan gerah jika diminta memakai jaket pelampung tersebut. Rangga tahu jaket pelampung sangat penting untuk keselamatan dalam pelayaran. Tapi dia tetap memilih cuek.

"Gerah, ini baju sudah dua lapis juga," jelas Rangga di lokasi yang sama.

Pemilik Kapal: Peraturan Keselamatan dari Dulu Sudah KetatSuasana kapal Dolphin Express (Haris/detikcom)








(HSF/rvk)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads