Lokasi warung yang berada tepat di belakang kawasan wisata Situ Wanayasa itu kini terdapat taman bacaan yang dilengkapi tempat duduk yang berhadapan langsung dengan situ. Sehingga wisatawan atau warga yang berkunjung ke tempatnya bisa betah hanya sekedar membeli kopi atau beristirahat.
"Kalau weekend di sini banyak yang nongkrong. Jadi saya menginisiasi menyediakan buku yang jumlahnya sekira 800 buah," tutur pria yang akrab disapa Bang Haji saat berbincang dengan detikcom, Kamis (15/12/2016).
Foto: Tri Ispranoto/detikcom |
Ikhsan mengungkapkan, meski sudah berdagang sejak tiga tahun lalu tapi taman baca tersebut baru ada sejak 5 Mei 2016 lalu. Sedikitnya terdapat 800 buku dengan berbagai tema, bisa dibaca di tempat ini secara gratis. Kebanyakan buku tersebut adalah sumbangan dari teman-temannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca: Warga Wanayasa Purwakarta Serukan Gerakan Belanja di Warung Tetangga
Sebagai pegiat BDWT, Ikhsan menilai budaya berbelanja di warung dan mini market sangat berbeda, terutama dalam hal komunikasi antarwarga. Di warung, lanjut Ikhsan, warga bisa saling bersilahturahmi atau saling bertukar informasi.
"Sementara di mini market kan tidak ada komunikasi seperti itu. Malah yang menyapa pun kadang suara mesin," tuturnya.
Foto: Tri Ispranoto/detikcom |
Ikhsan pun secara tegas tidak mau BDWT menjadi sebuah organisasi atau lembaga yang memiliki struktural. Sebab, dia tak mau kelak BDWT menjadi komoditi politik atau ada kepentingan lain di dalamnya.
Ikhsan hanya berharap gerakan BDWT bisa kembali menggairahkan masyarakat, khususnya di pedesaan agar kembali 'mencintai' dan berbelanja di warung, khususnya warung milik tetangganya sendiri. (ega/ega)












































Foto: Tri Ispranoto/detikcom
Foto: Tri Ispranoto/detikcom