Saat Parlemen Kuba Berapi-api Bicara Blokade AS ke Delegasi DPR

Laporan dari Havana

Saat Parlemen Kuba Berapi-api Bicara Blokade AS ke Delegasi DPR

Triono Wahyu Sudibyo - detikNews
Rabu, 07 Des 2016 13:27 WIB
Foto: Triono/detikcom
Jakarta - Delegasi DPR yang dipimpin Wakil Ketua DPR Fadli Zon bertemu dengan perwakilan parlemen Kuba, Selasa (6/12/2016) waktu setempat atau Rabu (7/12) waktu Indonesia. Banyak hal dibahas, mulai hubungan Indonesia-Kuba hingga blokade AS ke Kuba.

Sebelum menuju gedung Parlemen Kuba, delegasi DPR memberi penghormatan ke pahlawan nasional Jose Marti. Fadli Zon dan kawan-kawan meletakkan karangan bunga tepat di bawah patung Jose Marti yang terletak di pusat Kota Havana. Selain Fadli Zon, yang ikut rombongan adalah anggota DPR Daryatmo Mardiyanto (PDIP), Ahmad Zacky Siradj (Partai Golkar), dan Muhammad Syafii H(Gerindra).

Saat Parlemen Kuba Berapi-api Bicara Blokade AS ke Delegasi DPRFoto: Triono/detikcom

Di gedung parlemen, delegasi DPR diterima hangat Wakil Ketua Parlemen Kuba, Ana Maria Mari Machado, dan sejumlah pewakilan setingkat ketua komisi. Dalam pengantar singkatnya, Ana menyampaikan terima kasih atas ucapan duka cita pemerintah RI dan DPR atas meninggalnya mantan Presiden Kuba, Fidel Castro. Fidel mengembuskan nafas terakhir di usia 90 tahun pada 25 November 2016 dan dimakamkan pada Minggu, 4 Desember.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami juga menghargai posisi Indonesia dalam mendukung upaya pembukaan blokade AS atas Kuba," kata Ana dalam bahasa Spanyol, bahasa resmi Kuba.

Ana mengakui meski Barack Obama telah berkunjung ke Kuba, hubungan dengan AS belum sepenuhnya normal. Ia tak bisa memprediksi apakah hubungan itu akan membaik atau tidak. Apalagi setelah AS memiliki presiden baru.

"Trump (presiden terpilih AS) sombong, tidak tahu sejarah Kuba," jelas Ana.

"Tidak hanya setelah revolusi (Revolusi Kuba 1959), mereka selalu mencampuri (urusan) kami," tegasnya.

Menyambut pernyataan Ana, Fadli mengatakan hubungan Indonesia-Kuba sudah terjalin lama dan baik. Mantan Presiden Soekarno pernah berkunjung ke Kuba. "Dan Che Ghuevara pernah ke Indonesia," kata Fadli yang juga koordinator Politik, Hukum, dan HAM DPR ini.

Fadli menyebut Indonesia telah menjalankan demokrasi selama hampir 20 tahun terakhir dan hasilnya setimpal. Mekanisme check and balance berjalan. "Tujuannya kekuasaan berada di tangan rakyat," katanya.

Diskusi yang dijembatani penerjemah ini berlangsung hangat. Daryatmo Mardiyanto, Ahmad Zacky Siradj, dan Muhammad Syafii ikut nimbrung. Mereka bicara tentang parlemen Kuba melihat peta politik dunia dan upaya pemerintah Kuba 'melayani' rakyat, terutama soal kesehatan dan pendidikan.

Saat Parlemen Kuba Berapi-api Bicara Blokade AS ke Delegasi DPRFoto: Triono/detikcom

Kuba merupakan negara yang menganut sistem komunis. Hanya ada satu partai berkuasa. Kebutuhan hidup rakyat hampir sepenuhnya ditangani pemerintah. Kesehatan dan pendidikan gratis, Makanan juga disubsidi. Kesenjangan antara orang kaya dan miskin tak mencolok.

"Kami sudah terbiasa dengan blokade (AS). Kuba tidak akan mundur," sebut Ana.

Blokade AS ke Kuba telah dilakukan selama 54 tahun. AS masih melarang ekspor produk dan peralatan Kuba dan menahan produk dan jasa dari Kuba masuk ke AS. Turis juga dilarang pergi ke Kuba.

Setelah hampir 1,5 jam, pertemuan berakhir ditutup dengan pemberitan cenderamata. Delegasi DPR memberikan wayang golek, sedangkan parlemen Kuba memberikan suvenir yang dibungkus tas putih. (trw/tor)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads