Beberapa peraturan pun dia terapkan bagi para pelajar. Yang paling mencuri perhatian adalah kebijakan Dedi yang tidak memperbolehkan kantin juga pedagang di sekolah, dan menggantinya dengan mengharuskan pelajar membawa bekal makanan sendiri dari rumah.
![]() |
Selain itu ada juga peraturan yang membebaskan pakaian pelajar dari seragam merah-putih dan biru-putih. Bahkan para pelajar pun tidak perlu risau soal alas kaki yang harus mengikuti standar hitam-putih, lantaran nantinya akan dibuka sebelum masuk kelas.
Bupati Dedi pun memiliki alasan tersendiri mengenai kebijakannya itu. Soal bekal makanan, dia berharap hal itu bisa membangun pola hidup sehat. Pasalnya makanan yang mereka bawa bisa terjamin karena setiap keluarga pasti akan sedikit banyak mempertimbangkan aspek kesehatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca: Melihat Keunikan Keseharian Pelajar di Purwakarta
Tidak hanya itu, pola makan seperti itu akan membangun kekeluargaan yang erat antara para pelajar dengan saling berbagi makanan. Bahkan pelajar yang bekalnya pas-pasan bisa saling berbagi dengan mereka yang berasal dari keluarga mampu.
"Pola bekal seperti itu juga membangun tradisi bangun pagi, salat subuh. Jadi bukan hanya anak-anaknya saja yang bersiap sekolah masuk jam 6.00 WIB tapi orang tua pun ikut gesit," tuturnya.
![]() |
Sementara soal larangan menggunakan sepatu ke dalam kelas agar tercipta ruangan yang higienis dan nyaman. "Sepatu itu kan bisa menginjak apa saja. Bisa saja sewaktu ke sekolah mereka menginjak kotoran. Dengan melepas sepatu setidaknya kelas tetap bersih dan berkurang bakteri dan virus jahat dari jalanan," katanya.
Hal tersebut pun berkesinambungan dengan pembuatan satu wastafel dan toilet di satu kelas yang tak lain untuk menciptakan iklim bersih dan sehat di lingkungan sekolah yang saat ini sudah mencapai 70% terpasang di SD dan SMP negeri di Kabupaten Purwakarta.
"Tahun depan, kita tuntaskan itu semua. Sehingga 100 persen satu kelas SD dan SMP negeri di Purwakarta punya satu toilet dan satu wastafel," pungkas pria yang akrab disapa Kang Dedi itu. (ega/ega)