Menyejukkan, Potret Toleransi Beragama dari Samarinda hingga Papua

Menyejukkan, Potret Toleransi Beragama dari Samarinda hingga Papua

Hestiana Dharmastuti - detikNews
Sabtu, 19 Nov 2016 10:16 WIB
Menyejukkan, Potret Toleransi Beragama dari Samarinda hingga Papua
Foto: Relawan Pembersih Masjid ikut rapikan Gereja Oikumene Samarinda (Greg Tanari/Facebook)
Jakarta - Relawan pembersih masjid, pendeta, dan anggota jemaat gereja serta masyarakat bahu-membahu mempercantik Gereja Oikumene Samarinda yang rusak akibat aksi pelemparan bom molotov. Aksi ini potret memperkuat toleransi beragama di Indonesia.

Gereja Oikumene Samarinda di Jalan Dr Cipto Mangunkusumo, Kelurahan Sengkotek, Kecamatan Loa Janan, Samarinda, Kalimantan Timur, dilempar bom molotov oleh sekelompok orang jaringan teroris dari kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) pada Minggu (13/11/2016).

Tindakan biadab teroris yang memakan empat orang korban yang masih balita, salah satunya Intan Olivia Marbun (Banjarnahor) meninggal dunia, itu justru semakin mempererat kerukunan antarumat beragama di Samarinda, yang selama ini selalu terjaga.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Acara bersih-bersih Gereja Oikumene Samarinda merupakan salah satu potret toleransi beragama yang terus dirajut oleh segenap masyarakat Indonesia. "Alangkah baiknya kalau kami ikut terjun membersihkan gereja. Ini toleransi antarumat beragama. Sesama umat beragama harus saling menghormati. Jemaat gereja sangat antusias dan berterima kasih kepada kami," kata Ketua Relawan Pembersih Masjid At-Taqwa Kelurahan Harapan Baru H Machfut Kartono (60) saat dihubungi detikcom lewat telepon, Jumat (18/11/2016).

Selain di Samarinda, indahnya toleransi beragama terus dipupuk warga di Papua, Purwakarta, dan Banyuwangi dengan cara tersendiri.


Berikut 5 kisahnya:

Relawan Masjid Percantik Gereja

Foto: Relawan Pembersih Masjid ikut rapikan Gereja Oikumene Samarinda (Greg Tanari/Facebook)
Relawan Pembersih Masjid ikut bergotong-royong merapikan dan membersihkan Gereja Oikumene Samarinda, Kalimantan Timur, yang rusak akibat aksi pelemparan bom molotov pada Minggu (13/11/2016) lalu.

Acara pembersihan Gereja Oikumene Samarinda di Jalan Dr Cipto Mangunkusumo, Kelurahan Sengkotek, Kecamatan Loa Janan, Samarinda, Kalimantan Timur, itu merupakan bagian dari gotong-royong massal. Acara dimulai pagi tadi dari pukul 08.00-10.00 Wita.

"Alhamdulillah, ini acara bakti sosial bersama antarumat beragama. Suasananya penuh kebersamaan," kata Ketua Relawan Pembersih Masjid At-Taqwa Kelurahan Harapan Baru H Machfut Kartono (60) saat dihubungi detikcom lewat telepon, Jumat (18/11/2016).

Purnawirawan TNI ini mengatakan, Relawan Pembersih Masjid At-Taqwa Kelurahan Harapan Baru yang beranggotakan 50 orang ini sejak awal antusias terlibat aksi merapikan dan membersihkan Gereja Oikumene. "Alangkah baiknya kalau kami ikut terjun membersihkan gereja. Ini toleransi antarumat beragama. Sesama umat beragama harus saling hormat menghormati. Jemaat gereja sangat antusias dan berterima kasih kepada kami," ujarnya.

Menurut Machfut, pihaknya engutuk tindakan teroris Juhanda yang melemparkan bom molotov di depan gereja tersebut pada Minggu (13/11) lalu yang memakan 4 orang korban yang masih balita, salah satunya Intan Olivia Marbun (Banjarnahor) meninggal dunia. Machfut berharap kejadian serupa tidak terulang. "Kerukunan antarumat beragama di Samarinda selama ini sangat terjaga," ujarnya. Dia juga berterima kasih jika aksi Relawan Pembersih Masjid ikut merapikan dan merapikan Gereja Oikumene ini diapresiasi.

"Sesama umat beragama harus saling menghormati. Bangsa Indonesia jangan mau dipecah-belah dan terprovokasi," jelasnya.

Pelajar 5 Agama di Purwakarta Suap-suapan

Foto: Tri Ispranoto
Di tengah isu radikalisme dan intoleransi beragama, Kabupaten Purwakarta terus mengokohkan sebagai daerah yang mengusung budaya Sunda dengan tetap memupuk rasa toleransi antarumat beragama.

Seperti kegiatan botram atau makan bersama yang dilakukan oleh para pelajar dari berbagai agama di Kabupaten Purwakarta. Mereka duduk satu hamparan satu atap di Bale Paseban, Pendopo Purwakarta, dengan didampingi para pemuka agama masing-masing.

Di tempat itu mereka berhadapan satu sama lain, membaur tak mengenal kelompok ataupun agama untuk makan bersama sate maranggi yang telah disediakan. Mereka juga berbagi makanan yang sebelumnya dibekal dari rumah.

Keharmonisan itu semakin tercipta saat satu-satu dari perwakilan lima agama memimpin doa sesuai dengan kepercayaan masing-masing sebelum memulai makan bersama. Usai berdoa, mereka makan bersama dengan hamparan kain putih sebagai alasnya.

"Ini adalah bagian rangkaian kegiatan Satgas Toleransi Purwakarta," jelas Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi di sela-sela acara, Kamis (3/11/2016).

Dedi mengungkapkan, kegiatan tersebut digelar sebagai bentuk memupuk rasa toleransi sejak dini di antara pelajar yang berbeda agama. Dengan duduk dan makan bersama, para pelajar bisa saling berbagi sehingga sejak dini sudah memiliki rasa toleransi yang kuat.

Masyarakat Lintas Agama di Banyuwangi Kemah Barsama

Foto: Kartika Sari Tarigan/detikcom
Masyarakat lintas agama di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, punya cara sendiri untuk merayakan keberagaman. Puluhan orang dari perwakilan agama berkumpul dan melakukan kegiatan bersama dalam kemah selama dua hari.

Perkemahan itu diselenggarakan oleh Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) di Desa Tamansari, Licin, Banyuwangi, pada Sabtu (5/11/2016) hingga Minggu (6/11/2016). Berbagai kegiatan akan dilakukan untuk menumbuhkan rasa hormat dan saling toleransi.

"Yang jadi fokus kita nanti bagaimana kerja sama antara kita sehingga bisa melestarikan alam. Menghormati perbedaan. Kerja sama di bidang sosial, melestarikan alam. Makanya kita bawa ke sini," kata Ketua FKUB, M. Yamin, di Lokasi perkemahan, Sabtu (5/11/2016).

"Dua hari di sini, ada pembinaan dan simulasi kita masukkan nilai-nilai UUD 45 dan Pancasila. Kita masukkan apa arti kerukunan, saling menghormati, saling menjaga kesetaraan. Dalam rangka menjalankan kewajiban agama masing-masing. Beri waktu kalau zuhur kasih waktu salat, kalau Minggu kasih waktu gereja," urainya.

Yamin menyebut kegiatan lain juga akan dilakukan untuk menambah semangat 51 peserta kemah ini dalam menjaga kerukunan beragama sekaligus menjaga alam bersama.

Kerukunan Beragama di Papua Saat Idul Fitri

Foto: Herianto Batubara/detikcom
Kerukunan antarumat beragama di Distrik Ilaga, Kabupaten Puncak, Papua, begitu terasa. Saat malam takbiran hingga pelaksanaan salat Id di Hari Raya Idul Fitri, pemuda Kristen turut melakukan penjagaan.

Pernyataan tersebut disampaikan Kepala Kepolisian Sektor Ilaga Ipda Sayori dalam keterangannya, Jumat (8/7/2016). Menurutnya, sekitar 150 orang pemuda Nasrani turut menjaga keamanan saat umat Islam melakukan takbiran dan salat Id.

"Usai salat Id, umat Islam mendapatkan kejutan dari warga nonmuslim Kabupaten Puncak Papua. Mereka diberi lambang persaudaraan berupa bunga dan ucapan Hari Raya Idul Fitri sebagai rasa toleransi kerukunan umat beragama yang selama ini terjalin dengan baik di Kabupaten Puncak," kata Sayori.

Dijelaskan Sayori, Polsek Ilaga sendiri turut menjaga suasana keamanan dan ketertiban masyarakat tetap kondusif selama bulan puasa hingga Idul Fitri.

"Kepolisian Sektor Ilaga melaksanakan kegiatan pengamanan yang melibatkan tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh pemuda, terutama yang beragama Nasrani, untuk pengamanan malam takbiran dan salat Id," jelasnya.

"Seperti kita ketahui, Kabupaten Puncak dulunya salah satu daerah yang rawan konflik, namun beberapa tahun belakangan ini Kabupaten Puncak berangsur-angsur sudah membaik dan kondusif. Jadi masyarakat di sini kebersamaannya sangat kuat," sambung Sayori memaparkan.

Ditambahkan Sayori, melalui momen Idul Fitri ini, dirinya berharap berbagai umat beragama dan juga suku di Kabupaten Puncak, khususnya Distrik Ilaga, bisa terus bergandengan tangan. Khususnya dalam rangka meningkatkan solidaritas umat beragama dan menciptakan lingkungan yang religius.

Tempat Ibadah di Pangkalpinang Berdiri Berdampingan

Foto: Nur Khafifah/detikcom
Pantai Tanjung Bunga di Kota Pangkalpinang, Bangka Belitung, tak hanya menawarkan pemandangan yang menarik. Di kawasan ini, wujud pluralisme warga Pangkalpinang jelas tergambar.

Pantai yang berjarak sekitar 10 km dari pusat Kota Pangkalpinang ini dikelilingi perbukitan yang masih hijau asri. Di perbukitan tersebut ada tiga tempat ibadah yang berdampingan, yakni Kelenteng Shen Mu Miaw, Pura Jagadnatha Surya Kencana, dan vihara.

Menurut Kadisbudpar Pemkot Pangkalpinang Akhmad Elvian, di kawasan Pantai Tanjung Bunga akan dibangun 5 tempat ibadah sesuai agama yang ada di Indonesia. Kawasan ini akan mencerminkan kerukunan umat beragama di kawasan Pangkalpinang.

"Dalam waktu dekat akan dibangun masjid dan gereja. Jadi nanti di sana akan terlihat bahwa kerukunan umat beragama di Pangkalpinang masih terjaga," ucap Elvian.

Elvian menjelaskan, masyarakat Pangkalpinang mayoritas beretnis Tionghoa dan Melayu. Selama ini toleransi di antara kedua etnis ini sangat terjaga, baik dalam hal budaya maupun agama.
Halaman 2 dari 6
(aan/bpn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads