Cerita tentang Dimas Kanjeng sebelum Dikenal sebagai Pengganda Uang

Cerita tentang Dimas Kanjeng sebelum Dikenal sebagai Pengganda Uang

Ghazali Dasuqi - detikNews
Kamis, 29 Sep 2016 19:57 WIB
Foto: Ghazali Dasuqi/detikcom
Situbondo - Nama aslinya Taat Pribadi (46), tapi lebih dikenal dengan sebutan Dimas Kanjeng Taat Pribadi. Bagaimana dia bisa dipercaya orang sebagai pengganda uang? Berikut cerita istri Ismail Hidayah, Bibi Rasemjan (41).

Ismail adalah pengikut Dimas Kanjeng sejak tahun 2010 silam. Bahkan, menurut Bibi Rasemjan, suaminya termasuk sebagai pencetus padepokan seluas 6 hektare di Dusun Sumber Cangkelek, Desa Wangkal, Kecamatan Gading, Probolinggo.

Ismail kenal Dimas Kanjeng setelah sering bersama dengan Abdul Kadir, pria yang dikenalnya saat bekerja di PJTKI di Surabaya. Sejak saat itu, Ismail sering menemui Dimas Kanjeng dan Abdul Kadir.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Awalnya tak ada istilah penggandaan uang. "Yang ada hanyalah penarikan benda-benda pusaka," tutur perempuan yang akrab disapa Neng itu. Neng ditemui di rumahnya, Desa Wringinanaom, Kecamatan Panarukan, Situbondo, Kamis (29/9/2016).

Penarikan benda-benda gaib itu dilakukan di berbagai wilayah, seperti di Malang, Blitar, dan daerah lainnya. Ismail diberi amanat menyampaikan tentang penarikan benda-benda gaib itu ke semua orang. Dengan iming-iming uang, banyak yang tertarik untuk bergabung. Disebut-sebut, ada jenderal yang bergabung dalam kegiatan ini. Uang disetorkan ke orang dekat Dimas Kanjeng.

Baca: Mahfud MD: Katanya Ada Beberapa Jenderal Gandakan Uang di Dimas Kanjeng

"Dulu rumahnya (Dimas Kanjeng) topengan, sekarang jadi seperti istana, itu suami saya yang buat. Namanya dulu juga masih pakai nama aslinya, Taat Pribadi. Saya biasa manggil Mas Taat. Tapi semakin lama ada penambahan nama, yang katanya berasal dari suruhan gurunya saat bersemedi karena ilmunya bertambah dan kedudukannya sudah naik," papar wanita berjilbab itu.

Awalnya tidak ada istilah pengajian di padepokan. Istilah itu muncul setelah para pengikut Dimas Kanjeng makin sering hadir ke padepokan. Bahkan, pengajian yang disebut-disebut itu tadinya hanya untuk mengalihkan pikiran santri saja. Sebab, semakin banyak santri yang datang, maka semakin ada rasa kekeluargaan. Sehingga, diadakanlah pengajian atau istigosah.

"Dari pada datang hanya untuk ngemil dan ngopi mending kan ada pengajian. Karena yang masuk ke sana bukan yang taat beragama saja. Mungkin 90% mengaku islam, tapi islam yang bagaimana. Makanya dengan begitu siapa tahu yang tidak pernah salat akan salat," paparnya.

Ismail dinyatakan hilang 2 Februari 2015 lalu. Jasadnya ditemukan di Tegalsiwalan, Probolinggo. Belakangan diketahui bahwa dia dibunuh anak buah Dimas Kanjeng. (bdh/try)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads