Seperti dikutip detikcom dari situs ifcforensics.com.au, Rabu (21/9/2016), Robertson tercatat sebagai Direktur dan juga Konsultan Senior untuk Toksikologi Forensik dan Klinis dalam badan independen bernama Independent Forensic Consulting (IFC), yang memberikan konsultasi forensik di Australia.
"Kami pemimpin secara nasional dalam memberikan pendapat ahli terkait alkohol dan obat-obatan dengan provisi terjangkau, untuk komunitas hukum dan diakui secara nasional atas level tinggi kepakaran dalam isu obat-obatan dan alkohol dan juga sebagai sumber ilmiah bagi komunitas hukum," demikian sebut situs tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam halaman profilnya, Robertson disebut mendapatkan gelar sarjana kedokteran, dengan penghargaan khusus pada bidang farmasi dan toksikologi, dari Monash University, Melbourne. Robertson menyelesaikan program doktornya di Victorian Institute of Forensic Medicine (VIFM) pada Monash University. Tidak hanya itu, Robertson juga menyelesaikan beasiswa pasca-doktoral pada National Medical Services di Amerika Serikat.
"Dokter Michael Robertson merupakan pakar terkait alkohol dan obat-obatan dengan pengalaman lebih dari 20 tahun, baik secara nasional maupun internasional," sebut situs IFC.
"Dia merupakan salah satu dari sedikit pakar toksikologi forensik dan klinis yang mumpuni dan sangat terlatih, serta independen yang berpraktik di Australia," imbuh keterangan situs itu.
Secara lengkap, dia bergelar dr Michael Robertson, B.Sc (Hons), Ph.D. (For. Med). Robertson juga disebut banyak terlibat dan memberikan keterangan ahli dalam penyelidikan berbagai kasus nasional maupun internasional yang paling rumit, yang melibatkan narkoba, alkohol, bahan kimia dan racun.
Baca juga: Hakim Binsar Minta Ahli Michael Robertson Jujur Soal Kabar Terlibat Tindak Pidana
Sedangkan disebutkan dalam akun LinkedIn miliknya, Robertson menyebut dirinya pernah bekerja sebagai pakar toksikologi di National Medical Services di AS dari tahun 1996 hingga 1999.
Dia kemudian bekerja di sejumlah perusahaan farmasi di Australia tahun 2002-2007, sebelum bekerja kembali di perusahaan farmasi di AS tahun 2007-2010. Namun dia juga menyebut dirinya sebagai pakar toksikologi forensik independen sejak tahun 2001 hingga sekarang.
Saat bekerja sebagai pemeriksa medis di San Diego, California, AS, Robertson terseret kasus pembunuhan seorang pria bernama Greg deVillers tahun 2000 lalu. Pembunuh De Villers, yang adalah istrinya sendiri, Kristin Rossum, disebut-sebut berselingkuh dengan Robertson. Roberston bahkan disebut sebagai co-conspirator atau orang yang berkomplot dengan pelaku, dalam persidangan kasus itu tahun 2001.
Diberitakan Huffington Post dalam artikel tahun 2013, Robertson akhirnya dipecat sebagai pemeriksa medis karena menyembunyikan kebiasaan Rossum mengkonsumsi methamphetamine. Dalam kasus itu, dia tidak pernah diadili setelah kembali ke Australia.
(nvc/nwk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini