Hanya Boleh Dihuni 7 Keluarga, Begini Sejarah Panjang Kampung Pitu di Gunungkidul

Hanya Boleh Dihuni 7 Keluarga, Begini Sejarah Panjang Kampung Pitu di Gunungkidul

Sukma Indah Permana - detikNews
Rabu, 21 Sep 2016 13:15 WIB
Foto: sukma indah
Yogyakarta - Kampung Pitu yang terletak di puncak sisi timur Gunung Purba Nglanggeran, Gunungkidul selama ratusan tahun hanya dihuni 7 keluarga. Ada sejarah panjang di baliknya. Seperti apa?

Diceritakan oleh salah seorang warga Sugito (45), bahwa dahulu kala saat puncak gunung ini belum ada yang menghuni, seorang abdi dalem Keraton Yogyakarta menemukan pohon Kinah Gadung Wulung yang sangat langka. Tak hanya itu, di dalam pohon tersebut juga ditemukan keris pusaka yang memiliki kesaktian tinggi.

"Lalu abdi dalem itu berkata barangsiapa yang bisa merawat pusaka yang terdapat di dalam pohon itu dan membersihkan daerah di sekitarnya akan diberi imbalan berupa tanah untuk anak keturunannya," ujar Sugito.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal ini disampaikan Sugito saat ditemui di rumahnya di Kampung Pitu yang terletak di Pedukuhan Nglanggeran Wetan, Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Selasa (20/9/2016).

Ternyata saat itu hanya Eyang Iro Kromo yang bisa menjalankan tugas tersebut. Setelah beberapa saat kemudian pusaka itu dikisahkan disimpan oleh Keraton Yogyakarta.

Dari lembaran dokumen yang dicatat berdasar cerita dari Mbah Rejo Dimulyo, Sugito mengisahkan setelah itu banyak empu atau orang sakti yang berdatangan ingin tinggal di tempat ini. Namun hanya tujuh orang yang kuat bertahan hidup sedangkan sisanya meninggal dunia.

Sugito mengatakan Mbah Rejo saat ini dalam kondisi yang sudah tak sehat lagi karena sudah tua. Catatan cerita dari Mbah Rejo inilah yang menjadi warisan bagi keturunan warga Kampung Pitu kelak.

Tujuh orang empu ini dipercaya menjadi orang pilihan dayang yang berada di tanah itu.

"Kalau saya pribadi sekarang tidak yang kemudian melarang kalau ada yang mau tinggal di sini. Hanya kuat-kuatan saja," kata Sugito.

Baginya, meski dia menjadi salah seorang di antara 7 kepala keluarga yang berhasil bertahan, tetap saja dia merasa ada sejumlah kesulitan yang dirasakannya. Terutama soal akses jalan yang sulit.

"Saya tetap alhamdulillah meski mau beli rokok saja susah, kalau hujan lebih susah lagi. Harapan saya agar desa ini bisa makin mudah diakses lagi ke depannya," harapnya. (sip/dra)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads