Diceritakan oleh salah seorang warga Sugito (45), bahwa dahulu kala saat puncak gunung ini belum ada yang menghuni, seorang abdi dalem Keraton Yogyakarta menemukan pohon Kinah Gadung Wulung yang sangat langka. Tak hanya itu, di dalam pohon tersebut juga ditemukan keris pusaka yang memiliki kesaktian tinggi.
"Lalu abdi dalem itu berkata barangsiapa yang bisa merawat pusaka yang terdapat di dalam pohon itu dan membersihkan daerah di sekitarnya akan diberi imbalan berupa tanah untuk anak keturunannya," ujar Sugito.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ternyata saat itu hanya Eyang Iro Kromo yang bisa menjalankan tugas tersebut. Setelah beberapa saat kemudian pusaka itu dikisahkan disimpan oleh Keraton Yogyakarta.
Dari lembaran dokumen yang dicatat berdasar cerita dari Mbah Rejo Dimulyo, Sugito mengisahkan setelah itu banyak empu atau orang sakti yang berdatangan ingin tinggal di tempat ini. Namun hanya tujuh orang yang kuat bertahan hidup sedangkan sisanya meninggal dunia.
Sugito mengatakan Mbah Rejo saat ini dalam kondisi yang sudah tak sehat lagi karena sudah tua. Catatan cerita dari Mbah Rejo inilah yang menjadi warisan bagi keturunan warga Kampung Pitu kelak.
Tujuh orang empu ini dipercaya menjadi orang pilihan dayang yang berada di tanah itu.
"Kalau saya pribadi sekarang tidak yang kemudian melarang kalau ada yang mau tinggal di sini. Hanya kuat-kuatan saja," kata Sugito.
Baginya, meski dia menjadi salah seorang di antara 7 kepala keluarga yang berhasil bertahan, tetap saja dia merasa ada sejumlah kesulitan yang dirasakannya. Terutama soal akses jalan yang sulit.
"Saya tetap alhamdulillah meski mau beli rokok saja susah, kalau hujan lebih susah lagi. Harapan saya agar desa ini bisa makin mudah diakses lagi ke depannya," harapnya. (sip/dra)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini