"Basri pernah lari dari LP Ampana tahun 2007, jadi dia melarikan diri ketika menjalani masa tahanan. Jadi keterlibatan dia disamping saat ini yang terakhir ini juga berkaitan dengan aksi terorisme di masa lalu," kata Kadiv Humas Polri Irjen Boy Rafli Amar di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (16/9/2016).
"Jadi ketika terjadi semacam konflik pada waktu itu di Poso itu, (Basri) termasuk tokoh bersama Santoso terutama berkaitan adanya latarbelakang konflik-konflik bernuansa agama di masa lalu," sambungnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sementara ini proses penyidikan seluruhnya di Sulteng. Jadi, penegakan hukum terhadap tersangka terorisme yang saat ini tertangkap dan ada di Sulteng, sementara ini diperiksanya di Sulteng dulu," urainya.
Sebelum Santoso tewas pada Juli lalu, kelompok Santoso sudah mengalami perpecahan karena hadirnya 3 perempuan bersama mereka di tengah hutan. Ketiga perempuan itu adalah, Jamiatun Muslim alias Umi Delima (Istri Santoso), Nurmi alias Osma (istri Basri), dan Tini Susantika (istri Ali Kolara).
Selain karena kehadiran 3 perempuan itu, ada satu lagi yang menyebabkan kelompok Santoso pecah. Penyebab itu adalah ditunjuknya Mohammad Basri alias Bagong sebagai orang kepercayaan Santoso.
Anggota lain iri dengan diangkatnya Basri sebagai orang kepercayaan Santoso. Apalagi pengangkatan tersebut hanya berdasarkan sikap Basri yang terkenal nekat dan berani.
Basri diangkat sebagai orang kepercayaan Santoso bukan karena kedalaman ilmu agama atau ketaatannya beribadah. Hal itu diketahui dari pengakuan Brother dan J, dua anggota kelompok Santoso yang tertangkap belum lama ini.
"Jadi dari sisi pengetahuan agama, ada yang lebih tinggi dari Basri," kata seorang anggota Satgas Tinombala saat berbincang dengan detikcom, Kamis (7/4/2016).
(idh/Hbb)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini