Polisi: Ada Artis Jadi Pasien Klinik Kecantikan Abal-abal Bertarif Mahal

Polisi: Ada Artis Jadi Pasien Klinik Kecantikan Abal-abal Bertarif Mahal

Edward Febriyatri Kusuma - detikNews
Kamis, 15 Sep 2016 02:58 WIB
Bareskrim Bongkar Klinik Kecantikan Ilegal/Foto: Grandyos Zafna
Jakarta - Direktorat Tindak Pidana Tertentu (Dirtipiter) Bareskrim Mabes Polri menguak praktik ilegal klinik kecantikan abal-abal di kawasan Jakarta Utara. Tak disangka ternyata klinik itu mematok harga dari belasan hingga puluhan juta dengan pasien kalangan menengah atas hingga para artis.

"Harga untuk perawatan banyak sekali ini, salah satu saja untuk hidung Rp 9,5 juta, kemudian dagu belah Rp 9,5 juta, untuk kantong mata Rp 11 juta, memperkecil perut atau sedot lemak punggung dan sebagainya berkisar Rp 40 juta sampai Rp 50 hingga Rp 70 juta, dan paling mahal sedot lemak," ujar Kabareskim Komjen Ari Dono di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis (15/9/2016).

Ari mengatakan besarnya tarif pelayanan kecantikan yang diberikan. Tentu hal itu tidak bisa dilakukan oleh masyarakat ekonomi kelas menengah ke bawah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini kalangan menengah ke atas. Kalau melihat di daftar tamu ada nama artis dari inisial M," kata Ari.

(Baca juga: Tarif Klinik Kecantikan Abal-abal di Sunter Rp 5 Juta sampai Rp 70 Juta)

Secara perpajakan, barang-barang yang digunakan praktik itu masuk dengan cara ilegal. Meski begitu kerugian negara masih dalam penelitian. Sedangkan dalam sisi konsumen, pasien itu tidak tahu dampak atau risiko yang ditimbulkan.

"Sampai sekarang belum ada yang mengadukan, tapi ada tempat lain yang dirugikan, seperti di laser menghilangkan jerawat sampai habis dan hasilnya seperti digaruk," paparnya

Sementara Kasubdit 1 Dirtipiter, AKBP Adi Saputra menambahkan dalam perbulan klinik itu dapat nangani 200 pasien. Sehingga tidak menutup kemungkinan omzet yang disapat bisa sampai puluhan miliar.

"Setiap bulannya rata-rata 200 orang yang datang, tentu jumlah korban bisa sampai ribuan pasiennya, dari berbagai kalangan menengah ke atas, dari berbagai profesi. (Omzet) Enggak sampai triliunan, hanya miliaraan," kata AKBP Adi.

Gelar profesor yang dimiliki klinik lanjut Adi hanyalah trik untuk cari pasien. Hasil penyelidikan MGT hanya miliki keahlian sebagai ahli sulam alis.

"Ketika kami dalami gelar profesor dokter dia klaim sebagi ahli sulam alis, tapi kan penemu ahlinya bukan dia, hanya prasyarat," pungkasnya. (edo/dnu)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads