Kakek tersebut setelah penggusuran harus tinggal di tenda penampungan karena rumah yang sudah ditempatinya sejak tahun 1989 akan dijadikan lahan hijau oleh Pemprov DKI. Selama tinggal di tenda penampungan, Suwarno yang mengaku menderita stroke sejak tahun 1980, tidur hanya beralaskan tikar dan mandi di masjid terdekat.
Namun menurut Kepala Seksi Sosial Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan, Harmani Riza, selama ini Suwarno tinggal bersama anaknya. Saat penggusuran terjadi anak Suwarno sedang pergi mencari kontrakan baru.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pihaknya juga sudah mengajak Suwarno untuk tinggal di panti untuk sementara waktu. Namun keluarga merasa keberatan dengan ajakan tersebut. Alasannya karena keluarga tidak mau jauh dari Suwarno. Saat ini, kakek tersebut sudah tingal di kontrakannya yang baru.
Baca juga: Derita Kakek Suwarno di Rawajati: Stroke, Digusur Ahok dan Dicuekin Keluarga
"Karena tidak mau dirawat di panti, akhirnya kami bantu cari kontrakan. Kami sepakat dengan Kepala Puskesmas Pancoran untuk membantu membayarkan uang kontrakan di bulan pertama," ujar Riza.
![]() |
Sebelumnya diberitakan, Suwarno, kakek penderita stroke ini ditelantarkan keluarganya dan hidup dari belas kasihan para tetangga karena rumahnya di Rawajati, Jakarta Selatan ditertibkan pada Kamis, (1/9) lalu.
Dirinya menolak pindah ke Rusun Marunda dengan alasan lokasinya yang jauh. Suwarno mengaku telah mencoba menghubungi anak-anaknya dengan meminjam handphone milik tetangganya. "Iya mau pindah tapi belum dijemput. Anak sudah ditelepon tapi nggak tahu dijemput kapan," ujar dia.
"Anak empat. Dua cewek, dua cowok. Anak-anak udah nggak di sini. Udah masa bodo," cerita Suwarno sedih.
(Hbb/Hbb)