"Ada mantra-mantranya pula, sekarang ini masih ada yang mistis memakai mantra atau Bebadong," kata pembina Sanggar Budaya Selaparang dari Sesela, Kecamatan Gunung Sari, Muhaemi (49)saat memandu para anak buahnya beraksi di Bulan Budaya Lombok Sumbawa (2016) di Pantai Senggigi, Lombok Barat, NTB, Sabtu (27/8/2016).
"Jadi, Bebadong itu azimat di Lombok. Ada rajah-rajah khusus," imbuh Muhaemi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut dia, macam-macam Bebadong dapat berupa sabuk, atau pun minyak -sebutan penyatuan bahan alam yang dipakai di tubuh-. Selain itu, ada pula Bebadong yang merasuk ke dalam alunan gamelan pemusik
"Musiknya itu sendiri ada namanya penghalus, pengerong, perangsang. Masing-masing mempunyai makna. Membawakan semangat. Bebadong itu pula bisa ia selipkan lewat musik itu juga. Dia bisa titip di situ," urai Muhaemi.
Bumbu-bumbu cerita magis memang kerap terselip di setiap adat budaya ataupun kesenian khas suatu daerah. Tentu saja setiap orang boleh percaya, boleh tidak.
Para penonton yang melihat pun tak segan mengeluarkan uang berwarna biru sebagai saweran. Kata Muhaemi, tujuan saweran itu untuk membantu meningkatkan semangat anak-anak yang sedang melakukan tarung Peresean.
"Dia menemukan rasa bagus dan tergugah. Uang dilemparkan bukan untuk perjudian. Nantinya uang itu dibagi dua bagi para petarung. Walaupun kalah nantinya akan diberikan juga," kata dia.
Petarung atau Pepadu dalam ritual Peresean terbagi menjadi 5. Pertama Pepadu Ambaran, yaitu itu petarung artinya dimana saja tempatnya bisa bermain. Kedua Pepadu Pemula yang baru coba-coba. Ketiga Pepadu Pilih Tanding. Keempat Pepadu Tanding Mati. Kelima Pepadu Siap Tanding.
"Siapapun yang disebut namanya maka ia harus siap tanding. Kalau yang namanya tanding mati, dia tidak boleh menolak Peresean. Karena derajatnya seperti itu," ungkap Muhaemi.
Ada pula pelatih yang bernama Pekembar. Dia yang mendampingi dan memberi support bagaimana teknik-teknik memukul. Tongkat rotan mempunyai nama Penjalin sedangkan tameng bernama Ende dan terbuat dari kulit sapi.
Perkembangan generasi muda terhadap Peresean dikatakannya masih berlanjut. Muhaemi mencontohkan pertarungan hari ini dilakukan oleh orang tua juga para anak muda.
"Itu untuk calon-calon kita mendatang. Kita regenerasinya terus menerus. Anak-anak mulai SD di kampung-kampung itu mereka bertarung dengan pelepah pisang. Secara tidak langsung itu kan meneruskan ritual Peresean ini sendiri," pungkas dia. (fjp/fjp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini