Berbeda dengan masa permulaan haji, ketika itu mereka yang datang ke Tanah Haram memiliki tujuan utama untuk menuntut ilmu ataupun ikut berdagang bersama pedagang Arab. Namun di abad ke-18 tujuan masyarakat Nusantara ke Makkah adalah untuk ibadah haji.
Catatan sejarah haji abad 18 ini dituliskan oleh Johan Eisenberger dalam disertasinya yang berjudul "Indie and de Bedevaart naar Mekka". Dalam catatan dituliskan ada sekelompok orang yang tiba ke Batavia usai menunaikan ibadah haji di Makkah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perjalanan haji kala itu membutuhkan perjuangan yang ekstra dan niat yang kuat. Kala itu jemaah haji menempuh jalur laut baik menggunakan kapal niaga maupun kapal layar.
Berlayar menuju Jeddah begitu berat, perlu waktu yang lama karena tergantung pada faktor musim angin. Pelayaran dimulai melalui beberapa jalur, yakni melalui Pantai Barat Sumatera atau Aceh kemudian melanjutkan perjalanannya ke Kepulauan Maladewa.
"Biasanya jemaah menumpang kapal dagang yang melintasi pelabuhan Aden di Yaman, bukan kapal khusus penumpang. Pelayaran antara Nusantara-Aden dan kemudian diteruskan ke Jeddah ditempuh tidak kurang dari enam bulan," tulis Martin Van Bruinnesen dalam bukunya Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat: Tradisi-tradisi Islam di Indonesia.
Dalam laporan Kolonial dikatakan bahwa kapal yang sarat dengan penumpang ditambah barang-barang calon jamaah haji banyak sehingga lorong-lorong kapal penuh dan sumpek. Salat pun sulit, perjalanan panjang menuju Jeddah pun terasa semakin berat dan melelahkan. (wsn/slh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini