"Kita sangat bersyukur, bahwa Putera Maluku yang terlibat RMS sudah bisa menyadari kekeliruannya," ungkap Kapendam XVI Pattimura, Kolonel Hasyim Lalhakim saat berbincang dengan detikcom di Ambon, Senin (15/8/2016).
John yang berasal dari Desa Aboru, Pulau Haruku, Maluku Tengah itu dihukum 15 tahun penjara karena membawa bendera RMS saat menari Cakalele pada Peringatan Hari Keluarga Nasional XIV di Lapangan Merdeka, Ambon, pada 29 Juni 2007. Perayaan tersebut dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Pria yang sebelumnya berprofesi sebagai seorang guru SD di tempat asalnya tersebut baru menjalani hukuman selama empat tahun. Sebagian penari Cakalele yang membawa bendera RMS mendapat dihukum di LP Nusakambangan. Sebagian lagi ada yang sudah bebas dan kembali menjalani kehidupan normal dan telah menyadari kesalahannya.
Tampaknya penjara juga membuat sadar John. Dalam rangka peringatan HUT RI kali ini, ia ikut dalam pertandingan tradisional terompah panjangdan menyayikan lagu 'Hari Merdeka' secara serentak. Pria yang akrab disapa Jonte itu dipercaya menjadi dirigen untuk memimpin ratusan warga binaan LP Nusakambangan.
Pertandingan itu untuk memecahkan rekor nasional. Semangat Jonte mampu menghipnotis penonton karena mampu menghayati semua lirik lagu. Bahkan tanpa alas kaki, Jonte dengan sepenuh hati menjalankan tugasnya meski kondisi lapangan becek.
"Kita berharap nilai kebangsaannya semakin tumbuh, apalagi dia sebelumnya guru SD di Aboru," kata Hasyim.
Kodam Pattimura di bawah pimpinan Mayjen Doni Monardo menurut Hasyim juga memiliki program untuk merangkul partisipan RMS. Terutama yang berada di Pulau Haruku dan sekitarnya yang menjadi basis kelompok separatis tersebut. Yakni, kata Hasyim, program 'Merubah Lawan menjadi Kawan, Mengajak Kawan menjadi Saudara'.
Stigma 'RMS' menjadikan Desa Aboru kurang tersentuh dari program pemerintah sehingga menyebabkan sarana prasarana sangat minim. Seperti pelayanan kesehatan, dermaga, dan sekolah. Kodam Pattimura pun memberi bantuan sebagai bentuk kepedulian bagi masyarakat setempat.
"Dengan kegiatan sosial seperti pengobatan, bantuan bibit ikan, keramba, memberi Bubu (perangkap ikan). Intinya untuk membuka dialog, untuk kita tahu 'apa sih persoalan kamu sampai seperti itu?' Kita bantukan cari solusi," jelasnya.
Tak hanya itu, Kodam Pattimura mulai tahun ini juga kembali memberikan kesempatan kepada putera daerah Pulau Haruku untuk masuk ke TNI. Ini kali pertama warga Aboru bisa mengikuti pendidikan militer sejak tahun 1999 karena sebelumnya banyak warga yang menjadi partisipan RMS.
"Dari Aboru mulai tahun ini kita terima 3 orang putera daerahnya untuk masuk TNI. Tadinya sempat tidak, karena daerah situ termasuk basis RMS," tutur Hasyim.
Melalui pendekatan sosial, kini gerakan separatis mengatasnamakan RMS sudah mulai memudar. Pengibaran bendera 'Benang Raja' pun disebut Hasyim sudah hampir tidak ada. Memang di beberapa kesempatan Bendera RMS dikibarkan oknum di Haruku, namun tidak pernah ada warga yang yang ditangkap. Petugas hanya menurunkannya dan berharap tidak ada warga yang bersimpatik lagi kepada kelompok separatis itum.
"Partisipan mungkin masih ada satu dua, karena ada merasa mungkin keterbatasan, tapi jumlahnya sudah sangat berkurang. Maka itu yang coba kita bantu untuk benar-benar menghapuskan RMS," Hasyim menerangkan.
Kodam Pattimura pada perayaan HUT RI ke-71 pun ikut memfasilitasi kegiatan di Aboru dan desa-desa di sekitarnya. Raja (Kepala Desa) Aboru mengharapkan agar puncak HUT RI tahun ini di Haruku dipusatkan di Aboru.
"Kami bantu fasilitasi. Dan program-program sosial juga tidak dilakukan satu atau dua kali saja. Tapi secara berkelanjutan. Dan tidak hanya di desa itu saja tapi desa-desa di sekitar Pulau Haruku," ucap Hasyim.
Menurutnya, Pangdam Pattimura Majyen Doni Monardo meminta kepada jajarannya untuk terus merangkul warga di Pulau Haruku. Dengan pendekatan seperti itu begitu, sisa-sisa dari RMS pada akhirnya bisa benar-benar tidak tersisa lagi.
"Program Pangdam seperti itu. Harapannya mereka (partisipan RMS) Dengan kembalinya nilai juang dia bisa kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi.
Sebelumnya diberitakan, Jonte mengaku sangat menghayati lirik lagu Hari Merdeka saat memimpin ratusan warga binaan LP Nusakambangan. Ia mengaku melepaskan semua jiwanya.
"Saya senang dengan adanya semua ini, di manapun saya dan apa yang bisa saya lakukan dalam situasi seperti apapun kalau itu tidak bertentangan dengan aturan hukum otomatis saya lakukan," tandas Jonte, Senin (15/8).
(Baca Juga: Napi Kasus Separatis RMS di Nusakambangan Pimpin Lagu 'Hari Merdeka')
(elz/dnu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini